Senin, 31 Oktober 2011

SARJANA PULANG KAMPUNG


kritis penyebab banyaknya sarjana pengangguran
Oleh. Muhammad Amir, A.Ma
Ketua Bidang Dakwah PC IMM Kota Makassar 2010

            Perkembangan dunia pendidikan hari ini cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perguruan tinggi di berbagai daerah. Masing–masing berupaya mencetak tenaga profesional sesuai bidang keahlian yang dipilih tiap mahasiswa. Sebut saja makassar, kita mengenal UIN, UNM, Unhas, unismuh, UMI, Univ. 45, UVRI, UIT dan masih banyak perguruan tinggi lainnya dengan fakultas dan jurusan yang berbeda-beda.
Dapat dipastikan setiap tahunnya lahir wisudawan dan wisudawati. Jika ditotalkan dapat mencapai ribuan sarjana  setiap tahunnya. Sebagai gambaran, di Unismuh saja sekali menggelar acara wisuda dilakukan 2 gelombang karena jumlah peserta wisuda sekitar 2000-an.
Oleh karena itu, jika sarjana menjadi ukuran kesuksesan negara ini, maka penulis berpikir bahwa kita sudah dapat sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Namun apa yang menjadi realita hari ini, banyaknya sarjana yang lahir tak mampu mengurangi jumlah pengangguran. Bahkan ironisnya, setiap kali acara wisuda muncul istilah “lahir lagi pengangguran”. Meski memang realitasnya hal itu tak dapat dinafikkan adanya. Mungkin karena paradigma yang masih menguasai para penuntut ilmu adalah kuliah untuk cari kerja, bukan kuliah untuk menciptakan pekerjaan. Sementara volume wisudawan tiap tahun tak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Akhirnya pengangguran tak dapat terhindarkan.
Itu tak dapat dipungkiri, tetapi bagi penulis ada sebab lain yang terabaikan dan dianggap sepele, namun bagi orang beriman itu benar adanya.  Perkara  itu  adalah sejauh  mana iya berbakti kepada kedua orang tuanya. Tentang perintah ini, dalam al Qur’an jelas firman Allah pada QS. Al Isra : 23-24. 


23.  Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].
24.  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".

[850]  mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Dalam ayat tersebut sangat terang Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua serta bagaimana sikap, cara berbicara dan perilaku kita kepada mereka. Bahkan perkataan “Ah” saja Allah larang, apatah lagi jika membantah, membentak dan menyakiti hati mereka. Selama yang mereka perintahkan tidak bertentangan dengan syariat islam, maka wajib kita mematuhinya.
Meski ini bukanlah satu-satunya faktor merebaknya pengangguran, namun perlu dimaknai sebagai sebuah usaha untuk meraih keberkahan dari-Nya. Utamanya keberkahan dari ilmu yang kita usahakan selama dibangku perkuliahan. Kenapa penulis mengangkat alasan ini, sebab munculnya keprihatinan terhadap saudara-saudara kita yang lupa akan orang tuanya. Merasa sebagai  orang yang terpelajar, sehingga menganggap rendah orang tuanya. Apalagi jika memang orang tua mereka berpendidikan rendah.
Ada yang ketika orang tua mereka meminta tolong atau meminta bantuan, katanya itu bukanlah pekerjaanku. Sementara hasil keringat orang tuanya mereka nikmati. Bahkan ada yang menggunakannya berfoya-foya tanpa memikirkan betapa sulitnya orang tuanya membiayai mereka. Mungkin tidak masalah jika latar belakang keluarganya memang orang berduit, tapi jika sebaliknya???. 
Adalagi yang dengan entengnya memeras  orang tuanya dengan alasan pembayaran kuliah, padahal digunakan untuk membiayai pacarnya yang  katanya sebagai bukti cinta mereka kepada kekasihnya. Naudzubillah... Tuhanmu lebih tau apa yang ada dalam hatimu   (Al Isra : 25).  
Mereka pandai membohongi, memeras dan bersenang-senang di atas penderiataan orang tuanya. Dia menjalani kehidupannya serba berkecukupan sementara orang tua hanya hidup secukupnya. Padahal ketika seorang anak ingin mencoba merasakan usaha dan perjuangan orang tua dalam membiyai sang buah hati, maka mungkin kita akan senantiasa meneteskan air mata, betapa jasa orang tua kita tak akan terbalaskan. Karena itu Allah mengajari kita untuk senantiasa mendoakannya (QS. Al Isra: 24). Coba bayangkan, kedua orang tua kita yang sedang bekerja banting tulang, bahkan terkadang rela berutang demi terpenuhinya kebutuhan kita. Yang paling mengiris hati adalah terkadang orang tua rela melalaikan kewajibannya sebagai hamba demi mencarikan biaya untuk anak-anaknya. Shalat tak lagi dihiraukan, puasa dinomor duakan dan ibadah ibadah mahdah lainnya ditinggalkan. Lalu kita dengan bangganya melupakan semua itu. Mampukah kita membantu orang tua kita nantinya ketika mereka ditanya tentang sholatnya, puasanya dll dipengadilan Allah??. Ketika orang tua tak lagi berpihak kepada kita, bahkan boleh jadi mereka akan berkata, ya Rabb, saya tidak rela anakku masuk syurga sementara saya masuk neraka-Mu sebab karena merekalah saya lalai dari perintah-Mu. Bukan itukan yang kita inginkan??
Karena itu wahai saudara(i)ku yang berbahagia. Jangan menyalahkan nasib jika banyak sarjana  pengangguran, dan boleh jadi kita yang akan menambah daftar mereka. Sebab bukan karena tidak tersedianya lapangan kerja. Allah Maha luas karunia-Nya yang melingkupi jagad raya ini, tapi boleh jadi selama kuliah atau dalam perjalanan hidup kita banyak melakukan kebohongan dan menyakiti perasaan orang tua. Jika kita sulit menggapai cita-cita kita, coba  muhasabah diri.  Yakinilah bahwa Allahlah yang memberi rezky kepada setiap hamba-Nya yang dikehendakinya, dan Allah Maha Tahu akan apa-apa yang diperbuat oleh hamba-Nya. Ridho Allah sangat tergantung ridho orang tua, utamanya ibu.
Bersenang-senang di atas penderitaan orang tua hanya akan melahirkan kesengsaraan di kemuadian  hari,  namun  jika  hari   ini  kIta rela menderita demi kebahagiaan orang tua kita, mampu menahan gejolak nafsu dunia untuk tidak  menyusahkan orang tua, maka yakinlah bahwa sesungguhnya kita telah membangun istana kebahagiaan dikemudian hari. Itulah tiket meraih rezkinya  Allah. Tidak akan adalagi yang akan menghalangi dalam meraih apa yang dicita-citakan ketika Allah telah ridho akan cita-cita itu untuk  kita. Tak perlu lagi menggunakan praktek-praktek haram, sogok-menyogok dan sejenisnya. Allah bersama orang-orang yang sabar...

Allahu a’lam bishawab

Kamis, 20 Oktober 2011

PONDASI DALAM PENCERAHAN PERADABAN


Oleh : IMMawan Yusnar
Kabid Kader PC. IMM Kota Makassar Periode 2010
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada makhluk – Nya, Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi kita, sang revolusioner sejati Muhammad sallallahu ‘alihi wasallam.Islam adalah satu – satunya agama yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala merupakan sebuah Din yang dengan sempurna telah mengatur hidup dan kehidupan manusia, mulai dari ujung kaki sampai urusan negara telah diatur oleh Islam, tetapi dibalik kesempurnaan itu, perlu kita ketahui bahwa Islam adalah benda mati yang tidak akan fungsioner kecuali digerakkan oleh kaum muslimin itu sendiri. Oleh karena itu setiap muslim diwajibkan untuk mempelajari empat perkara untuk melakukan pencerahan peradaban:
Pertama: Ilmu
Maksud wajib disini adalah wajib ‘ain, yaitu sesuatu yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang telah mendapat beban hukum (mukallaf ). Dalil yang menunjukkan wajibnya menuntut ilmu adalah hadist dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah sallallahu ‘alahi wasallam bersabda : “ menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”
Ilmu yang wajib dipelajari tersebut yaitu ilmu tentang Ma’rifatullah (mengenal Allah), Ma’rifatun Nabiy (mengenal Nabi ) dan Ma’rifatul Islam (mengenal Din Islam ) beserta dalil – dalilnya. Tiga perkara ini merupakan landasan utama yang mana Islam tidak tegak kecuali diatasnya dan seorang hamba akan ditanya tentang tiga perkara ini dalam kuburnya kelak. Seorang manusia jika telah mengetahui Rabbnya, Nabi dan agamanya dengan dalil – dalil maka sempurnalah agamanya.
Mengenal Allah merupakan landasan dalam Agama Islam, tidaklah seseorang dikatakan menganut Islam dengan sebenar – benarnya, kecuali harus mengenal Allah terlebih dahulu dengan mempelajari ayat – ayat syar’i yang tertuang dalam Al – Qur’an dan Sunnah Rasullah sallallahu ‘alaihi wasallam serta mempelajari tanda – tanda kebesaran Allah pada makhluk – Nya. Sebagai konsekuensi pengetahuan ini, seseorang harus menerima dan patuh kepada syariat Allah.
Mengenal Nabi adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada seorang mukallaf, mengenal Rasulullah adalah unsur pokok dalam masalah Agama Islam, karena beliau adalah penyampai risalah dari Allah, pengenalan ini menjadikan seseorang agar menerima semua yang dibawa oleh Rasulullah berupa hidayah dan agama yang benar.
Mengenal Agama Islam mempunyai dua makna, makna umum dan makna khusus, sebagai mana tertera dalam beberapa dalil bahwa Islam dikhususkan untuk umat ini saja, dan dalam beberapa dalil lain menunjukkan bahwa Islam sudah ada pada syariat – syariat sebelumnya, Syaikhul Islam mengomentari perkara tersebut bahwa Islam dalam pengertian umum adalah menyembah Allah semata dan tidak mensyarikatkan – Nya, ini adalah agama seluruh nabi dan rasul. Allah berfirman tentang Taurat dan Bani Israil: “ (Al Maidah : 44  )”.
14. dan diantara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Kami ini orang-orang Nasrani”, ada yang telah Kami ambil Perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; Maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.
Allah menyebutkan sifat para nabi dari Bani Israil dengan Islam, hal ini menunjukkan bahwa Islam bukan khusus untuk umat ini saja. Allah juga menyebutkan bahwa Musa ‘alaihissallam berkata kepada kaumnya (  Yunus : 83). Begitu juga tentang perkataan anak – anak Nabi Ya’kub : ( Al baqarah : 133 )
Adapun makna Islam secara khusus adalah agama yang dengannya Allah mengutus nabi – Nya Muhammad sallallahu ‘alahi wasallam yang merupakan agama terakhir dan tidak diterima agama apapun selain Islam. Firman Allah dalam  surat Ali Imran ayat 85 dan surat Al – Maidah ayat 3. Dari ayat diatas dapat diambil faedah bahwa Allah telah meridhai Islam sebagai agama umat ini.
Dalam mengenal tiga perkara itu harus dengan dalil ( bil adillah )“ bil adillah “ yaitu bentuk jamak dari dalil, lafadz dalil adalah fa’iil bermakna faa’il yaitu ad-dalaalah artinya petunjuk, dalil artinya petunjuk untuk mencapai hal yang diinginkan, dalil tersebut terbagi dua yaitu dalil sam’i yaitu yang ditetapkan melalui wahyu dari Al – Qur’an dan As – Sunnah, dalil Aqli ( argumentasi logis ) yaitu yang diketahui melalui hasil penelitian dan pengamatan.
Ini mengisyaratkan bahwa tidak boleh bertaklid dalam masalah aqidah dan bahwasannya kita wajib memiliki pengetahuan tentang Agama Islam dengan dalil – dalilnya dari Al – Qur’an, As – Sunnah atau ijma’.
Kedua : Mengamalkannya
 Beramal dengan ilmu tersebut, karena ilmu tidak dicari kecuali untuk diamalkan yaitu mengubah ilmu tersebut menjadi sebuah perilaku nyata yang tercermin dalam setiap tindak tanduk dan pemikiran seorang manusia. Di dalam nash – nash syariat terdapat kewajiban mengamalkan ilmu dan pengaruh ilmu tersebut terlihat dalam diri si penuntut ilmu, dan juga terdapat ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak membenahi diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain.
Sungguh sangat bagus perkataan Al – Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah : “ seorang alim tetap dikatakan jahil sebelum ia mengamalkan ilmunya, jika ia mengamalkannya barulah ia dikatakan seorang alim”.  Ucapan ini mengandung makna yang dalam, karena jika seseorang memiliki ilmu namun tidak diamalkan maka ia tetap dikatakan jahil, begitu pula sebaliknya, seseorang tidak akan dikatakan ulama sejati kecuali ia mengamalkan ilmunya. Kemudian amalan adalah hujjah bagi seseorang, juga merupakan sebab mapannya ilmu tersebut pada dirinya. Oleh karena itu kita mendapatkan seorang yang mengamalkan ilmunya dapat mengingat ilmu tersebut dengan baik. Adapun yang tidak mengamalkannya maka ilmu tersebut akan dengan mudah terlupakan. Berkata sebagian Salaf “ dengan beramal dapat membantu kami dalam menghafal hadist “. Juga sebagaimana dikatakan sebahagian ulama “ barang siapa yang mengamalkan ilmunya maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya dan barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka dikhawatirkan Allah akan menghapus ilmunya”. Allah akan mewariskan ilmu yang belum ia ketahui maknanya ialah bahwa Allah akan menambahkan keimanan dan menerangi ilmunya serta akan membukakan untuknya berbagai cabang ilmu. Allah berfirman dalam Surat Muhammad : 17.
17. dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya.
Hendaklah seorang muslim mengetahui pentingnya mengamalkan ilmunya karena seorang yang tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu tersebut akan menjadi penghujat dirinya, sebagaimana hadist Abu Barzah radiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam At – Tirmidzi, Rasulullah  bersabda: “ seorang tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga ia ditanya tentang empat hal diantaranya : tentang ilmunya, apa yang ia telah amalkan darinya.”
Hadist ini tidaklah dikhususkan untuk ulama saja sebagaimana yang difahami oleh sebahagian orang, tetapi untuk semua orang yang telah mengetahui suatu perkara, maka dalam perkara ini hujjah telah ditegakkan terhadap orang tersebut. Jika seseorang telah mendengar ceramah atau khutbah jum’at yang mengandung peringatan untuk menjahui maksiat yang ia lakukan. Berarti ia telah mengetahui bahwa maksiat yang telah ia lakukan hukumnya haram. Inilah yang dikatakan ilmu dan berarti hujjah telah tegak atas orang tersebut. Telah tecantum dalam sebuah hadist dari Abu Musa Al – Asy’ary radiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah  bersabda : “ Al – Qur’an adalah hujjah untukmu dan juga dapat menghujatmu.”
Ketiga : Mendakwahkannya
Mendakwahkan yaitu menyeruh untuk mentauhidkan Allah serta mantaati – Nya. Ini  tugas para rasul dan pengikutnya. Allah berfirman ( yusuf 108 ), karena manusia jika sempurna potensi ilmiyahnya dan sempurna potensi amalnya, maka ia akan berusaha untuk membagi kebaikan tersebut kepada orang lain guna mengikuti langkah para rasul ‘alihimussalam.
Berdakwah di jalan Allah merupakan perkara yang agung dan besar pahalanya sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ( 4210 ) dan Imam Muslim ( 2406 ): ” demi Allah, bahwa Allah memberi hidayah kepada seseorang malalui dakwahmu, itu lebih baik bagimu dari pada onta merah”.
Dakwah yang merupakan perantara untuk perbaikan dan penbinaan tidak akan dapat dipetik hasilnya melainkan jika si da’i mempunyai karakter yang menjadi sebab diterimanya dakwah, serta terlihatnya pengaruh dakwah tersebut. Di antara sifat tersebut adalah :
  1. Taqwa : maksudnya mencakup semua makna yang berkaitan dengan pelaksanaan perintah dan menghindari larangan serta menghiasi diri dengan sifat – sifat ahlul iman.
  2. Ikhlas : hendaknya dalam berdakwah hanya mengharapkan wajah dan ridha Allah, berbuat baik kepada makhluk – Nya serta menjahui sifat ingin terlihat lebih menonjol dibandingkan yang lain dan meremehkan orang yang didakwahi dengan menganggap bahwa mereka sebagai jahil dan serba kekurangan
  3. Ilmu : hendaklah seorang da’i mempunyai ilmu tentang apa yang ia dakwahkan serta mempunyai pemahaman dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah serta sejarah para salafus shaleh.
  4. Lapang dada dan dapat mengendalikan diri di saat sedang marah, karena yang menjadi medan dakwah adalah dada dan jiwa manusia yang tentu mempunyai tabiat yang berbeda – beda sebagaimana berbedanya bentuk dan rupa manusia tersebut
  5. Hendaknya memulainya dengan hal – hal yang terpenting sesuai dengan kondisi lingkungan mad’unya. Masalah – masalah aqidah dan ushuluddin menempati tempat yang terpenting, sabda Rasulullah  kepada Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu “ hendaknya perkara yang pertama sekali yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah syahadat bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”.( H.R. Al Bukhari 1395 dan Muslim 19 dalam kitab Al Iman)
  6. Didalam dakwahnya, ia harus menempuh metode yang ada landasannya dari Al qur’anul Karim. Allah berfirman (an nahl 125 )
Hikmah adalah mengetahui kebenaran sekaligus mengamalkannya dan benar dalam perkataan dan perbuatan. Ini semua tidak akan didapati kecuali dengan memahami Al – Qur’an, fikih syariat Islam dan hakikat keimanan.
Al mau’idzatil hasanah adalah perintah dan larangan yang disertai dengan dorongan, ancaman dan perkataan lembut serta antusias dalam memberikan pengarahan
Wa jaadilhum billati hiya ahsan yaitu tempuhlah jalan yang kira – kira akan mendapat  sambutan yakni tetap teguh memegang kaidah dakwah dan menjauhkan diri dari reaksi – reaksi spontan negatif serta tidak terjebak mendahulukan permasalahan kecil daripada perkara yang lebih besar, agar dapat mengefisienkan waktu, menjaga kewibaaan diri dan kehormatannya.
Keempat : Bersabar Atas Segala Gangguan yang  Dialami.
Yaitu bersabar atas gangguan yang dihadapi ketika menyeru ke jalan Allah Ta’ala. Hendaknya seorang dai’I bersabar atas gangguan yang ia terima dari masyarakat, karena menyakiti para da’i sudah menjadi tabi’at manusia kecuali mereka yang telah Allah beri hidayah , sebagaimana firman Allah (Al An’am 34 )
34. dan Sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. dan Sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu.
Seorang  da’i wajib bersabar  dalam berdakwah dan  tidak menghentikannya. Sabar atas segala penghalang dakwahnya dan sabar dalam gangguan yang ia dapati, karena seorang da’i meminta masyarakat  agar mengendalikan syahwat dan keinginan meraka serta melepaskan kebiasaan – kebiasaan  kaumnya dan melaksanakam hukum Allah baik perintah maupun larangan – Nya, namun kebanyakan manusia tidak memahami manhaj ini. Oleh karena itu mereka mengarahkan segala potensi  untuk menghalangi dan memerangi para juru dakwah ini dengan berbagai jenis senjata. Allah menyebutkan wasiat  Luqmanul Hakim kepada anaknya ( luqman 17 ).
Seorang da’i hendaklah mengikuti jejak para rasul yang mulia yang telah Allah ceritakan kisahnya kepada kita berupa kesulitan – kesulitan yang mereka jumpai dalam berdakwah, kesempitan yang mereka rasakan karena berpalingnya orang – orang dari dakwahnya serta gangguan dari ucapan dan perbuatan, sementara perjalanan masih panjang dan pertolongan yang tak kunjung datang. Allah berfirman ( al ahqaf 35 ) dan Allah Ta’ala menjadikan kesudahan yang baik untuk orang yang bertaqwa dan Dia telah menetapkan pertolongan bagi para penyeru kebenaran. Allah berfirman ( al baqarah 214 )
Inilah empat hal harus dilakukan seorang muslim agar agama yang haq ini dapat tersebar dan menjadi rahmatan il ‘alamin.

FASTABIQUL KHAERAT…!!!

Pandangan Umum Ayahanda Kh. Djamaluddin Amien terhadap Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kota Makassar


Wawancara Khusus
KH. Djamaluddin Amien

KH. Djamalauddin Amien (Mantan Ketua PW. Muhammadiyah Sulsel dan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar)
Wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah SMP Unismuh Makassar :: 07 Oktober 2010
Pewawancara :: Nasrul Haq Syarif & Dian Pramana Putra
Ketua Bidang dan Sekretaris Bidang Iptek PC IMM Kota Makassar Periode 2010

Bagaimana Pak Kiyai melihat keberadaan IMM dulu sampai sekarang (sejak pertama kali dirintis di kota makassar ) ??
Awalnya saya begitu tidak tau siapa yang rintis pertama. Kalau dipusat justur saya tau. Pak Jasman, Pak Amin dan ada orang di sul sulawesi selatan satu itu namanya Pak  Zainuddin Sialla. Kalau dikota Makassar itu Arfah Bas’ah tapi saya tidak taulah siapa yang rintis pertama karena saya dulu di Bantaeng  tahun 1962 baru pindah ke makassar. Pada tahun 1985 saya ketua wilayah Muhammadiyah. Jadi memang IMM ketika Itu boleh dikatakan tidak ada bukan belum ada. Apakah pernah ada tapi tidak jalan. Jadi IMM mulai muncul antara 1985 sampai 1990. Tapi Arfah Bas’ah yang lebih tau membangunkan kembali IMM karena dia berhasil.

Mungkin lebih jelasnya, Bagaimana pandangan Pak Kiyai terhadap IMM dulu dan sekarang ?
Kalau memang saya ketika itu tapi saya tidak bilang zaman dahulu. Begini, memang kalau soal semangat agak mundur dibanding dengan ketika itu. Wah ketikia itu malah kita sering juga direpotkan karena anak mudakan kalau bersemangat, sering karena semangatnya terkadang melihat ini tidak cukup sehingga biasa mengambil langkah – langkah diluar aturan.
Yang membedakan itu semangat, kecerdasan, popularitas . di zaman itu, itu yang saya rasakan. Memang semangat IMM ketika itu agak besar  dan banyak yang mereka lakukan.  Saya agak heran kenapa nd ada pelanjut mereka dikedokteran. Tapi itu wallahua ‘alam, tapi disitu ada pertanyaan.  Kenapa tidak berlanjut IMM di kedokteran Unhas padahal dulu katakanlah IMM dikota makassar itulah yang paling dasarnya dulu. Disamannya dr. Fruqan dan teman2nya seperti Andi Nurpati dan banyak dokter-dokter lainnya.

Secara umum seperti apa gerakan IMM di kota Makassar ?
Sama dengan muhammadiyah. Dulu IMM agak bangkit waktu berada di kedokteran unhas dan hampir disemua perguruan tinggi. Ada yang terkenal sekali dulu itu namanya dr. Furqan

IMM  di Unismuh ??
Di unismuh  rata. Tidak pernah juga tidak ada. Karena mungkin merasa dirumahnya. Orang biasa merasa kalau dirumahnya tidak ada tantangan, tidak sesuatu. Merasa aman-aman saja.
“Begini, memang kalau soal semangat agak mundur dibanding dengan ketika itu.”




Kalau IMM di UIN ??
Kalau saya katakanlah tidak terdengar  hanya saja kalau ada. Tapi hampir sama unismuh itu dengan uin artinya tidak pernah juga tidak ada.  Ada terus Cuma bagi saya bagaimana kehadiran IMM diperguruan tinggi katakanlah ada nilai tambah perguruan tinggi ketika IMM hadir terumtama pada segi  pembinaan akhlak, moral,

UNM ?

Kalau keadaan UNM  sama dengan UIN. Sebenarnya maaf kalau bisa saya katakan ada pertanyaan. Apa peranannya IMM disitu sehingga mahasiswa suka tawuran. Kalau IMM berperan disitu bisa menjadi stabilitator.

Apa kira strategi gerakaan IMM yang lebih bagus menurut Pak Kiyai ??
Jadi staterginya itu dirasakan kehadirannya ada manfaatnya bagi perguruan, lembagaga dan institusi.  Insitutusi merasakan kehadirannya. IMM sebagai atabilitator kampus. Masalah kebersihan, mengembangkan ukhuwah. Kajian itu penting tapi yang paling menentukan apa yang anda lakukan.  Bukan kajian-kajian yang negatif. IMM tidak boleh menjadi oposisi didalam kampus (baca: PTM)

Jadi Uztaz, bagaiman dengan kewajiban DAD bagi PTM ??
Itu sebenarnya tergantung pendekatan IMM dengan pimpinan kemudian memang celakanya kalau pimpinan tidak tau itu. Kalau PTM punya kewajiban “membina IMM” bukan lalu mau mengusai  artinya bagaimana menyuburkan IMM. Itu sudah kewajiban itu, semua pimpinan harus tau. Itu resmi.  IMM memposisikan dirinya sebagai organisasi intra dan pahamilah juga kondisi pimpinannya.

Jadi mungkin pertanyaan terakhir Uztaz, Apa harapan dan pesan untuk kader IMM ??
“Dimana anda berada, dirasakan manfaatnya”  sehingga IMM diperlukan. Bisa berperan yang baik dan diperebutkan.

DINAMIKA KAMPUS SEBAGAI ANCAMAN KADER IMM


Oleh: IMMAWAN YASER JURAID
Ketua Bidang Hikmah PC IMM kota Makassar Periode 2010
Mari kita Membangun kesadaran Positivisme dalam memandang berbagai kultur dan fenomena kampus yang senantiasa terjadi  dewasa ini.  Terutama di kampus-kampus besar yang ada di  Kota Makassar. Kebiasaan dan perilaku mahasiswa sekarang  sangat jauh dari harapan masyarakat dan bangsa, karena indikatornya  mahasiswa sangat kontradiktif dari  visi dan misi atau tujuan dari pada mahasiswa itu sendiri. Karena mayoritasnya  mahasiswa tidak memilikil agi  citra dan nilai integritas yang ideal.
Kampus  dewasa ini sudah di warnai dengan kultur dan kebiasaan HedonismePragmatisme dan premanisme yang cenderung merusak dan membuat kampus kacau balau. Tindakan kriminal , keonaran, konflik dan tawuran di kampus sesama mahasiswa akhir-akhir ini semakin marak dan konstruktif  yang konsekuensinya merusak berbagai fasilitas kampus. Fenomena seperti  ini sudah membudaya di dunia kemahasiswaan.
Dunia kampus dianggap sebagai dunia Intelektual Ilmiah. Tetapi kenyataannya sangat kurang dan hampir tidak ada aktifitas mahasiswa yang mencerminkan nilai-nilai Intelektual seperti diskusi, kajian intensif, pelatihan, seminar dan lain-lain. Meskipun ada tetapi sangat jarang diadakan dan mahasiswa  juga kurang semangat partisipasi pada kegiatan tersebut.
Lembaga-lembaga intra  kampus seperti BEM, HMJ maupun Lembaga Eksternal yang di anggap mempunyai latarbelakang dan bertanggungjawab di bidang intelektual. Kurang sekali yang mengadakan aktifitas yang mengarah pada ranah intelektual  yang menjadi hakekat dan orintasinya.  Justru indikator yang terjadi di tingkat lembaga intra kemahasiswaan adalah gerakan yang cenderung politik praktis yang orientasinya menciptakan kampus yang tidak stabil dan menjadi oposisi  bagi lembaga lain. Sehingga melahirkan permusuhan dan benturan di dalam kampus. Kenyataanya juga di lapangan sebagian kecil Kader IMM terjerumus dan menjerumuskan diri di dalam Mainstream kultur seperti itu. Sadar atau tidak tetapi itu menjadi tolak ukur bahwa ternyata Kader IMM sangat jauh dari kesadaran intelektual dan spritual.
Kalaupun IMM Secara Kelembagaan tidak mendiskusikan masalah ini. Bukan hal yang tidak mungkin secara berangsur-angsur kader IMM  kedepan akan terjebak pada kultur yang mengacu pada pengrusakan ideologi dan eksistensial. Artianya akan terkontaminasi dan terhegemoni dengan kultur atau pola pikir yang menyimpang seperti yang di jelaskan di atas tadi, karena sekarang sudah ada indikasi dan  tercermin di dalam diri kader .
Langkah IMM kedepan.
            Kader IMM secara pribadi maupun secara kelembagaan harus bekerja keras dan mampu memainkan berbagai peranan dan langkah-langkah strategis untuk mencoba merekonsiliasi dan  merombak kembali kebiasaan dan paradigma berpikir mahasiswa yang sekarang  sedang ada dalam frame berpikir yang salah. Berusaha membentuk paradigma berpikir transformatif, kritis, religius dalam bingkai Amal Ma’ruf Nahi Mungkar dengan berbagai metode. Diantaranya membangun kultur diskusi secara efektif, kajian intensif , seminar ilmiah maupun aktifitas Intelektual lainnya. Hal yang paling urgen dilakukan oleh aktifis IMM yaitu “ Pencerahan Umat “ dengan tiga proses pendidikan terdiri dari ta’lim ; mencerdaskan otak manusia, tarbiah mendidik perilaku yang benar, dan ta’dib memperluas adab kesopanan.  
Eksistensi gerakan IMM di kota Makassar beberapa tahun terkhir ini sangat Jauh dari harapan  sebagai organisasi  besar yang  punya  sejarah panjang. IMM dewasa ini mengalami degradasi dan degenarasi gerakan yang  tidak mampu mengejewantahkan identitasnya di mata masyarakat (bangsa) ke arah gerakan yang lebih dinamis, progresif dan  kontekstual sesuai dengan roh dan misi IMM yang sesungguhnya. Indikator  gerakan IMM  bersifat  statis dan fakum. Kader IMM  terkungkung dan terasik dengan kegiatan pengkaderan (DAD) yang  kerap dilakukan. Inilah yang terlintas dalam frame kader hari ini  kegiatan tersebut  menjadi prioritas utama.
Semua kader perlu sadar bahwa eksistensi  IMM adalah organisasi kader. Tanpa ada pengkaderan sangat  mustahil ada regenerasi  kader dan pimpinan IMM ke depan.  Tetapi mainstream  yang kita harus  bangun adalah selain partisipasi aktif dalam pengkaderan tersebut.  Kader IMM harus mampu melahirkan ide dan gagasan yang kreaktif. DiImplementasikan secara luas sehingga  IMM kelihatan besar dan punya power di mata publik. Gerakan IMM yang sesungguhnya itu semua tidak lepas dari Trilogi Gerakan IMM itu sendiri yaitu : spritual, Intelektual dan Humanita.Tiga gerakan inilah yang menjadi acuan atau feferensi  dasar  dalam memahami sistematika  orientasi gerakan IMM.
Pertanyaan  yang  muncul dalam benak kita bahwa sejauhmana pengejawantahan paradigma gerakan  IMM sehingga mampu membuktikan identitas gerakannya. Coba kita  spesifikasi orientasi  trilogi gerakan. Misalnya gerakan spritual(Spritual Movement) tentu outputnya secara sederhana bisa bicara mengenai perbaikan akhlaq, moralitas, integritasyang paling subtansial adalah pembentukan aqidah yang kokoh dan Implementasi keimanan Kepada Allah swt. Tetapi realitas di kampus masih banyak mahasiswa yang  tingkah laku maupun perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang Muslim. Lebih ironis lagi di kampus-kampus Islam terutama yang berlabel Muhammadiyah.
Kalau kita menata potensi spritual dan wawasan keislaman yang di miliki kader  tidak di ragukan lagi. Perlu disadari oleh Aktivis IMM bahwa sebagian kader  cenderung membangun paradigma berpikir  eksklusif dan ekstrim sehingga  kurang mampu membangun komunikasi, diskusi, dialektika dengan mahasiswa di luar IMM atupun aktifis dari organisasi lain  sehingga transformasi, dotrinasi yang menjadi orientasi  gerakan spritual tidak maksimal.
Peranan pada wilayah gerakan intelektual, kalau kita mengacu pada gagasannya (Gramsi). Ada beberapa model yang di maksud dengan intelektual.  Ada Intelektual profesional, administrasiftradisional dan Intelektualorganik. Pengamatan penulis, posisi intelektual Kader IMM sekarang berada pada tataran intelektual profesional. Cenderung  semangat pada wilayah konsep  dan argumentasi yang kerapkali dipaparkan di settiap forum–forum diskusi dan kajian ilmiah. Namun   sangat lemah pada wilayah implementasi atau yang di sebut dengan gerakan praksis. Sebahagian juga kader cenderung pada tataran Intelektual administrasi. Artinya, prinsip dan pola pikirnya senanatiasa ta’at, patuh dan tunduk terhadap berbagai sistem dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tertentu. Baik pemerintah stuktural  pemerintahan maupun birokrasi kampus.
Aktifis IMM kelihatan lemah dalam membangun paradigma kritis yang senantiasa mengkaji, mengkritisi atau melawan segala bentuk sistem dan kebijakan yang salah. Inilah yang di maksu dengan intelektual organik. Mampu memadukan antara teori, argumentasi, dan Gerakan Praksis. Mari kita bangun pemahaman objektif dalam memandang berbagai sistem dan kebijakan birokrasi pemerintahan. Masih banyak yang kontradiksi karena tidak sesuai dengan (UUD 1945).  Orientasinya merugikan rakyat kecil. Lebih-lebih kebijakan kampus yang kurang mensuppor atau memberikan konstribusi yang maksimal kepada Organisasi Eksternal  (IMM). Celakanya ketika kampus yang erlogo Muhammadiyah berada pada posisi tersebut.
              Gerakan Humanitas merupakan model gerakan inilah yang senantiasa diperbincangkan oleh aktivis IMM. Subtansi atu orentasi gerakan ini mengacu kepada gerakan kemanusiaan (Human Movement). Peka terhadap berbagai kondisi kemanusiaan yang terjadi. Mencakup juga gerakan sosial (social Movement). Ketika gerakan sosial yang dikaji maka tidak terlepas dari gerakan oposis(Presure).  Indikatornya mengkaji, mengkritisi segala bentuk kebijakan pemerintah (Birokrasi) yang di anggap tidak adil. Paling urgen lagi yang harus diaplikasikan oleh mahasiswa Islam (baca : kader IMM) seperti apa yang disuarakan oleh Pemuda Muhammadiyah yang dituangkan dalam Buku “Kembali ke Alquran Menafsirkan Makna jaman ”. Dalam buku ini ada empat poin penting.  Pertama Humanisyaitu mengedepankan sisi kemanusiaan, menolak kekerasan dan radikalisme. Kedua kritis, yaitu melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Ketiga  transformatif yaitu menjadi pelopor untuk mendorong  perubahan sosial. Keempat praktis yaitu mampu memadukan fungsi berpikir, berbicara dan berbuat. Tidak jauh beda dengan model implementasi trilogi gerakan IMM itu sendiri.
Apabila  merefleksi kembali latar belakang organisasi Islam yang bernama IMM ini didirikan maka secara sederhana ada dua Faktor.
1).     Faktor Internal, faktor ini tidak lepas dari kebutuhan Muhammadiyah itu sendiri sebagai induknya. Muhammadiyah tentu membutuhkan pejuang-pejuang muda yang mempunyai talenta dan spirit perjuangan untuk melanjutkan dakwah Muhammadiyah di tingkat pemuda dan mahasiswa yang terkadang menganut paham radikalisme dan fundamentalisme. Terutama mahasiswa yang cenderung pragmatisme yang senantisa mencederai dan merusak moralitas mahasiswa di mata Masyarakat.
2).     Faktor Eksternal adalah berorentasi melawan segala bentuk penindasan dan intimidasi yang di lakukan oleh penguasa pada zaman pra dan pasca kemerdakaan. Penjajahan kolonialisme Belanda   ingin  menguasai Negera Indonesia pada zaman itu.  Paling subtansial lagi adalah melakukan purifikasi atau meluruskan pemahaman umat Islam yang masih kental menganut paham dari nenek moyangnya seperti sinkritisme, onimisme dan pemahaman yang menyimpang lainnya. Mengembalikan kepada pemahaman yang murni sesuai dengan (Alqur’an dan Hadis).
Kalau kita mengevaluasi eksistensi gerakan IMM  dewasa ini, sangat lemah pada wilayah gerakan oposisi presure. Sebagian kader IMM sudah terkontaminasi dengan paradigma konservatif yang cenderung apatis, acuh tak acuh, cuekisme melihat beragai problem dan dinamika yang terjadi. Gagasannya (Frure 1970) menyebutkan ada tiga kesadaran yang ada dalam diri  manusia yaitu megis, naif dan kritis. Sebagian Kader IMM cenderung  menganut kesadaran Megis yang menganggap berbagai persoalan (Problem)  yang ada  adalah sebuah karunia Tuhan yang di terima begitu saja dan senanatiasa meminta solusi atau bantuan kepada Allah  Tanpa ada gerakan ospsisi secara  praksis.
Cara berpikir seperti inilah sehingga ( Karl Marks ) mengeluarkan gagasanya bahwa Agama adalah “ Candu Bagi Masyarakat “. Manusia tidak mempunyai kehandak will dalam bersikap atau menentukan pilihan hidupnya. Kita harus menafsirkan pesan – pesan yang terkandung dalam Al Qur’an secara mendalam dan kontekstual sesuai dengan karakter zaman yang dihadapi karena didalamnya berbagai macam pesan Allah Swt yang harus dilakukan oleh manusia. Menurut Kontowijoyo Al qur’an sebagai paradigma yang melahirkan kerangka epistimologi dan aksiologi dalam menafsirkan ralitas sosial. Salah satu sumber atau sebab musabab terjadinya perubahan sosial adalah Al qur’an terlepas dari orang besar (pahlawan) dan gerakan sosial seperti yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul “ Rehayasa Sosial “.
Bukan berarti manusia tidak meyakini rahmat dan hidayah  dari Sang khalik (Allah Swt). Tetapi manusia harus sadari  bahwa Allah  mengimbau  kepada seluruh umat manusia agar senantisa berdo’a dan berusaha. Ketika mengharapkan sesuatu dalam hidupnya. Seandainya manusia mampu memadukan  dua item ini  dalam hidupnya maka (Insya’Allah)Pakan terwujud apa yang di harapkannya (S.R Alinsiqaq).
Seandainya eksistensi IMM kedepan tetap bermain pada paradigma yang cenderung konservatif dan  memiliki kesadaran Megis maka identitas dan roh IMM kedepan akan hilang dan tidak dihitung oleh publik.  Oleh karena itu, langkah yang harus di lakoni oleh Mahasiswa yang merasa diri aktivis IMM adalah jangan pernah bosan dan pesismis dalam berjuang  selama Mahasiswa  tdak mempunyai Akidah dan ke Imanan yang Kokoh dan sempurna, Maupun selama pengusa di Negarah ini melaksanakan Amanahnya dengan baik dan transparan. (Sesuai dengan Perintah Allah dalam Surat Ali Imran 104). Inilah yang menjadi landasan Normatif kita dalm Berjuang yaitu menyuruh Maqruf’ Kebajikan dan Mencegah kemungkaran.