Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar 2010-2011
Adalah
sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu
ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak
menjadi berserak-serak, mampu untuk
dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika
dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan
terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena
kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu
pemimpin sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam
berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.
Pemimpin
bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik
jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak
jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan
penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika
kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu
terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga
merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung
disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang
datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau
dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.
Peran
pimpinan sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam
konteks berikatan. Dalam berikatan, pimpinan memilki andil yang sangat besar
dalam mengawal serta mengamankan setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk
kemajuan ikatan. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin dan pimpinan yang memilki
nilai keteladan dan nilai integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang
menjadi pertanyaan sekarang apakah pimpinan hari ini sudah mampu menjadi
teladan dalam kehidupan sehari-harinya? Apakah pimpinan hari ini sudah menjadi
solusi bagi yang dipimpinya? Apakah pimpinan hari ini sudah memilki nilai-nilai
keteladan atau nilai-nilai integritas dalam dirinya?
Saya
kira kita perlu untuk menghela nafas panjang untuk menjawab pertanyaan di atas.
Karena kita tidak bisa pungkiri pimpinan hari ini belum ada yang bisa kita
jadikan teladan secara ideal. Padahal pimpinan diikatan adalah sosok yang
merupakan teladan dan contoh bagi seluruh kader. Tapi entah kenapa masih ada
pimpinan yang tidak sadar tentang hal tersebut. Masih banyak diantara pimpinan
yang melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang pimpinan
yang menodai nilai-nilai berikatan. Mereka seenaknya menjelek-jelekan dan
saling menjatuhkan sesamanya pimpinan dan sesamanya kader untuk kepentingan
yang pragmatis, saling mengkritik satu sama lain tanpa memberikan solusi. Bukan
hanya itu masih ada pimpinan ikatan yang jauh dari nilai-nilai spiritual dan
nilai-nilai etika(moral) dalam berikatan. Yang mana kita ketahui bersama bahwa
nilai spiritual dan nilai etika merupakan ciri khas dan identitas gerakan
Ikatan yang kita cintai ini. Dan pimpinan seperti ini yang akan membuat gerakan
ikatan mandul dan bahkan mati.
Saya
kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan
“ Proses pembusukan ikan mati berasal
dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski
kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna
bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang
dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar
pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang
merupakan salah satu tokoh kharismatik Muhammadiyah yang mengatakan bahwa
pemimpin adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu
hidup, sehat dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika
sang jiwa itu mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang
sama. Begitulah hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah
kelompok, organisasi, bangsa dan ikatan.
Lalu
bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok pemimpin
yang mampu memberikan teladan kepada kita? Ada beberapa hal yang akan saya
ungkapkan agar pemimpin mapu untuk diteladani:
1.
Memilki
kekuatan dan kualitas spiritual
Seorang pimpinan sudah menjadi
keharusan untuk memilki kekuatan dan kualitas spiritual yang melebihi kader
yang dipimpinnya. Sebab kekuatan spiritual menjadi ruh dalam membangun dan
memajukan gerakan ikatan. Jika seorang pimpinan tidak memliki nilai spiritual
yang kuat dalam dirinya maka gerakan ikatan akan berjalan tampa ruh dan akan sangat
rapuh. Akibatnya akan mudah untuk dimasuki dan dikendalikan oleh pihak yang
tidak senang dengan apa yang diperjuangkan ikatan. Sehingga kekuatan spiritual
menjadi sangat urgent dimiliki oleh setiap pribadi pimpinan.
2.
Komitmen
pada tujuan
Tujuan merupakan sesuatu hal yang
ingin dicapai dalam sebuiah kelompok, dan yang membuat kita berkelompok dan beriktan adalah adanya
kesamaan tujuan diantara kita. Oleh karena seorang pimpinan harus berkomitmen
pada tujuan yang ingin dicapai, bukan menafsirkan dan menjalankan tujuan
organisasi sesuai dengan keinginanya saja. Karena hal ini dapat merusak
langkah-langkah serta arah gerakan nantinya. Dan seorang pimpinan ikatan
melihat tujuan organisasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok,
tapi untuk kepentingan islam.
3.
Tidak
terjebak pada kenikmatan dunia
Gerakan pimpinan Ikatan yang sangat
pragmatis, itu disebabkan karena kecintaan mereka yang berlebihan terhadap
dunia. Sehingga banyak kebijakan yang dikeluarkan bertentangan dengan apa telah
ditetapakan dalam organisasi. Bahkan terkadang organisasi dijual sana-sini
ibarat ikan di pasar untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, dengan
memanfaatkan ikatan untuk kepentingan dan kesenangan pribadinya. Ini semua
disebabkan karena pimpinan kita terlalu cinta dan dibutakan dengan kenikmatan
dunia yang sifatnya sementara. Bukankah ikatan ini adalah wadah kita untuk
berjuang mendapatkan keridhaan Tuhan. Mungkin ikatan ini akan mulia dipandangan
manusia tapi ikatan tidak akan mulia bahkan akan menjadi hina dimata Tuhan
ketika pimpinannya melakukan hal-hal tersebuit. Maka sebagai pimpinan kita
harus menjaga diri kita untuk tidak terjebak dengan kenikmatan dunia yang
sementara, dengan menanamkan dalam diri kita sikap ikhlas beramal dalam bakti.
4.
Kolektif
dan kolegeal
Memimpin ikatan tidak bisa berjalan
dengan baik ketika mengandalakan kekuatan individu. Apalagi menggunakan sistem
otoritas dalam sebuah kepemimpinan. Ini akan menyebabkan perpecahan dan konflik
sesama pimpinan terlebih lagi jika tidak terbangun saling memahami antar sesama
pimpinan. Oleh karena itu dibutuhkan kolektifitas dalam sebuah kepemimpinan,
sebab dengan kolektifitas dan kolegealitas akan membangun kebersamaan serta terciptanya
sikap saling memahami antar sesama pimpinan. Sebab semua pimpinan akan merasa
terlibat dalam kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan bukan
hanya ketua umum yang menentukan tapi seluruh pimpinan terlibat dalam setiap
pengambilan kebijakan. Hal ini akan meminimalisir konflik, melahirkan kesefahaman
seta akan terbangun rasa persaudaran antar sesame pimpinan. Sehingga tercipta
system kepemimpinan yang harmonis dengan kolekti dan kolegeal.
5.
Memilki
Sifat Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah.
Sifat inilah yang dimilki oleh
rasulullah SAW, dalam memimpin ummat islam hingga islam bisa jaya dan sampai
kepada kita semua. Pimpinan ikatan sudah seharusnya mencontoh rasul dalam
system kepemimpinannya dengan memilki sifat-sifat tersebut. Sehingga para
pimpinan ikatan mampu untuk dijadikan teladan oleh para kader yang dipimpinnya,
bukan malah sebaliknya.
Memang
apa yang saya ungkapkan di atas sangatlah ideal, mungkin ada yang berpendapat
ini merupakan hal sulit bahkan mustahil untuk dimilki oleh setiap pimpinan.
Tapi inilah yang dirindukan oleh para kader, Inilah yang mereka idam-idamkan.
Mereka sangat meinginkan pimpinannya mampu menjadi teladan buat mereka dan
mereka bisa berbangga dengan pimpinan mereka serta ikatan yang telah
mempersatukan kita. Saya sebagai penulis juga tidak bisa menjamin diri saya
bisa seperti apa yang penulis sampaikan, dan saya juga tidak bisa menjamin diri
saya terlepas dari seluruh kesalahan serta keburukan pimpinan yang telah saya sampaikan.
Tapi tulisan ini akan menjadi cambuk tersendiri bagi saya dalam memperbaiki
diri sebagai pimpinan ikatan, dan saya harap begitupun kepada seluruh pimpinan
ikatan jika ingin melihat ikatan ini menjadi lebih baik. Sebagai seorang kader
penulis masih berkeyakinan dari sekian ribu kader IMM pasti ada salah satu
diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang telah saya
sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia
sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan.