Selasa, 07 Februari 2012

MEMIMPIN IKATAN DENGAN NILAI KETELADANAN


Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar 2010-2011

                Adalah sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak menjadi berserak-serak,  mampu untuk dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu pemimpin sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.

                Pemimpin bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.


                Peran pimpinan sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam konteks berikatan. Dalam berikatan, pimpinan memilki andil yang sangat besar dalam mengawal serta mengamankan setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk kemajuan ikatan. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin dan pimpinan yang memilki nilai keteladan dan nilai integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang apakah pimpinan hari ini sudah mampu menjadi teladan dalam kehidupan sehari-harinya? Apakah pimpinan hari ini sudah menjadi solusi bagi yang dipimpinya? Apakah pimpinan hari ini sudah memilki nilai-nilai keteladan atau nilai-nilai integritas dalam dirinya?


                Saya kira kita perlu untuk menghela nafas panjang untuk menjawab pertanyaan di atas. Karena kita tidak bisa pungkiri pimpinan hari ini belum ada yang bisa kita jadikan teladan secara ideal. Padahal pimpinan diikatan adalah sosok yang merupakan teladan dan contoh bagi seluruh kader. Tapi entah kenapa masih ada pimpinan yang tidak sadar tentang hal tersebut. Masih banyak diantara pimpinan yang melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang pimpinan yang menodai nilai-nilai berikatan. Mereka seenaknya menjelek-jelekan dan saling menjatuhkan sesamanya pimpinan dan sesamanya kader untuk kepentingan yang pragmatis, saling mengkritik satu sama lain tanpa memberikan solusi. Bukan hanya itu masih ada pimpinan ikatan yang jauh dari nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai etika(moral) dalam berikatan. Yang mana kita ketahui bersama bahwa nilai spiritual dan nilai etika merupakan ciri khas dan identitas gerakan Ikatan yang kita cintai ini. Dan pimpinan seperti ini yang akan membuat gerakan ikatan mandul dan bahkan mati.  

                  


                Saya kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan “ Proses pembusukan ikan mati berasal dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang merupakan salah satu tokoh kharismatik Muhammadiyah yang mengatakan bahwa pemimpin adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu hidup, sehat dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika sang jiwa itu mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang sama. Begitulah hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah kelompok, organisasi, bangsa dan ikatan.      

                Lalu bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok pemimpin yang mampu memberikan teladan kepada kita? Ada beberapa hal yang akan saya ungkapkan agar pemimpin mapu untuk diteladani:

1.       Memilki kekuatan dan kualitas spiritual

Seorang pimpinan sudah menjadi keharusan untuk memilki kekuatan dan kualitas spiritual yang melebihi kader yang dipimpinnya. Sebab kekuatan spiritual menjadi ruh dalam membangun dan memajukan gerakan ikatan. Jika seorang pimpinan tidak memliki nilai spiritual yang kuat dalam dirinya maka gerakan ikatan akan berjalan tampa ruh dan akan sangat rapuh. Akibatnya akan mudah untuk dimasuki dan dikendalikan oleh pihak yang tidak senang dengan apa yang diperjuangkan ikatan. Sehingga kekuatan spiritual menjadi sangat urgent dimiliki oleh setiap pribadi pimpinan.

2.       Komitmen pada tujuan

Tujuan merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai dalam sebuiah kelompok, dan yang membuat kita  berkelompok dan beriktan adalah adanya kesamaan tujuan diantara kita. Oleh karena seorang pimpinan harus berkomitmen pada tujuan yang ingin dicapai, bukan menafsirkan dan menjalankan tujuan organisasi sesuai dengan keinginanya saja. Karena hal ini dapat merusak langkah-langkah serta arah gerakan nantinya. Dan seorang pimpinan ikatan melihat tujuan organisasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok, tapi untuk kepentingan islam.

3.       Tidak terjebak pada kenikmatan dunia

Gerakan pimpinan Ikatan yang sangat pragmatis, itu disebabkan karena kecintaan mereka yang berlebihan terhadap dunia. Sehingga banyak kebijakan yang dikeluarkan bertentangan dengan apa telah ditetapakan dalam organisasi. Bahkan terkadang organisasi dijual sana-sini ibarat ikan di pasar untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, dengan memanfaatkan ikatan untuk kepentingan dan kesenangan pribadinya. Ini semua disebabkan karena pimpinan kita terlalu cinta dan dibutakan dengan kenikmatan dunia yang sifatnya sementara. Bukankah ikatan ini adalah wadah kita untuk berjuang mendapatkan keridhaan Tuhan. Mungkin ikatan ini akan mulia dipandangan manusia tapi ikatan tidak akan mulia bahkan akan menjadi hina dimata Tuhan ketika pimpinannya melakukan hal-hal tersebuit. Maka sebagai pimpinan kita harus menjaga diri kita untuk tidak terjebak dengan kenikmatan dunia yang sementara, dengan menanamkan dalam diri kita sikap ikhlas beramal dalam bakti.



4.       Kolektif dan kolegeal

Memimpin ikatan tidak bisa berjalan dengan baik ketika mengandalakan kekuatan individu. Apalagi menggunakan sistem otoritas dalam sebuah kepemimpinan. Ini akan menyebabkan perpecahan dan konflik sesama pimpinan terlebih lagi jika tidak terbangun saling memahami antar sesama pimpinan. Oleh karena itu dibutuhkan kolektifitas dalam sebuah kepemimpinan, sebab dengan kolektifitas dan kolegealitas akan membangun kebersamaan serta terciptanya sikap saling memahami antar sesama pimpinan. Sebab semua pimpinan akan merasa terlibat dalam kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan bukan hanya ketua umum yang menentukan tapi seluruh pimpinan terlibat dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal ini akan meminimalisir konflik, melahirkan kesefahaman seta akan terbangun rasa persaudaran antar sesame pimpinan. Sehingga tercipta system kepemimpinan yang harmonis dengan kolekti dan kolegeal.

5.       Memilki Sifat Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah.

Sifat inilah yang dimilki oleh rasulullah SAW, dalam memimpin ummat islam hingga islam bisa jaya dan sampai kepada kita semua. Pimpinan ikatan sudah seharusnya mencontoh rasul dalam system kepemimpinannya dengan memilki sifat-sifat tersebut. Sehingga para pimpinan ikatan mampu untuk dijadikan teladan oleh para kader yang dipimpinnya, bukan malah sebaliknya.

                Memang apa yang saya ungkapkan di atas sangatlah ideal, mungkin ada yang berpendapat ini merupakan hal sulit bahkan mustahil untuk dimilki oleh setiap pimpinan. Tapi inilah yang dirindukan oleh para kader, Inilah yang mereka idam-idamkan. Mereka sangat meinginkan pimpinannya mampu menjadi teladan buat mereka dan mereka bisa berbangga dengan pimpinan mereka serta ikatan yang telah mempersatukan kita. Saya sebagai penulis juga tidak bisa menjamin diri saya bisa seperti apa yang penulis sampaikan, dan saya juga tidak bisa menjamin diri saya terlepas dari seluruh kesalahan serta keburukan pimpinan yang telah saya sampaikan. Tapi tulisan ini akan menjadi cambuk tersendiri bagi saya dalam memperbaiki diri sebagai pimpinan ikatan, dan saya harap begitupun kepada seluruh pimpinan ikatan jika ingin melihat ikatan ini menjadi lebih baik. Sebagai seorang kader penulis masih berkeyakinan dari sekian ribu kader IMM pasti ada salah satu diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang telah saya sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar