Selasa, 07 Februari 2012

MEMIMPIN IKATAN DENGAN NILAI KETELADANAN


Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar 2010-2011

                Adalah sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak menjadi berserak-serak,  mampu untuk dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu pemimpin sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.

                Pemimpin bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.


                Peran pimpinan sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam konteks berikatan. Dalam berikatan, pimpinan memilki andil yang sangat besar dalam mengawal serta mengamankan setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk kemajuan ikatan. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin dan pimpinan yang memilki nilai keteladan dan nilai integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang apakah pimpinan hari ini sudah mampu menjadi teladan dalam kehidupan sehari-harinya? Apakah pimpinan hari ini sudah menjadi solusi bagi yang dipimpinya? Apakah pimpinan hari ini sudah memilki nilai-nilai keteladan atau nilai-nilai integritas dalam dirinya?


                Saya kira kita perlu untuk menghela nafas panjang untuk menjawab pertanyaan di atas. Karena kita tidak bisa pungkiri pimpinan hari ini belum ada yang bisa kita jadikan teladan secara ideal. Padahal pimpinan diikatan adalah sosok yang merupakan teladan dan contoh bagi seluruh kader. Tapi entah kenapa masih ada pimpinan yang tidak sadar tentang hal tersebut. Masih banyak diantara pimpinan yang melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang pimpinan yang menodai nilai-nilai berikatan. Mereka seenaknya menjelek-jelekan dan saling menjatuhkan sesamanya pimpinan dan sesamanya kader untuk kepentingan yang pragmatis, saling mengkritik satu sama lain tanpa memberikan solusi. Bukan hanya itu masih ada pimpinan ikatan yang jauh dari nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai etika(moral) dalam berikatan. Yang mana kita ketahui bersama bahwa nilai spiritual dan nilai etika merupakan ciri khas dan identitas gerakan Ikatan yang kita cintai ini. Dan pimpinan seperti ini yang akan membuat gerakan ikatan mandul dan bahkan mati.  

                  


                Saya kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan “ Proses pembusukan ikan mati berasal dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang merupakan salah satu tokoh kharismatik Muhammadiyah yang mengatakan bahwa pemimpin adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu hidup, sehat dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika sang jiwa itu mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang sama. Begitulah hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah kelompok, organisasi, bangsa dan ikatan.      

                Lalu bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok pemimpin yang mampu memberikan teladan kepada kita? Ada beberapa hal yang akan saya ungkapkan agar pemimpin mapu untuk diteladani:

1.       Memilki kekuatan dan kualitas spiritual

Seorang pimpinan sudah menjadi keharusan untuk memilki kekuatan dan kualitas spiritual yang melebihi kader yang dipimpinnya. Sebab kekuatan spiritual menjadi ruh dalam membangun dan memajukan gerakan ikatan. Jika seorang pimpinan tidak memliki nilai spiritual yang kuat dalam dirinya maka gerakan ikatan akan berjalan tampa ruh dan akan sangat rapuh. Akibatnya akan mudah untuk dimasuki dan dikendalikan oleh pihak yang tidak senang dengan apa yang diperjuangkan ikatan. Sehingga kekuatan spiritual menjadi sangat urgent dimiliki oleh setiap pribadi pimpinan.

2.       Komitmen pada tujuan

Tujuan merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai dalam sebuiah kelompok, dan yang membuat kita  berkelompok dan beriktan adalah adanya kesamaan tujuan diantara kita. Oleh karena seorang pimpinan harus berkomitmen pada tujuan yang ingin dicapai, bukan menafsirkan dan menjalankan tujuan organisasi sesuai dengan keinginanya saja. Karena hal ini dapat merusak langkah-langkah serta arah gerakan nantinya. Dan seorang pimpinan ikatan melihat tujuan organisasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok, tapi untuk kepentingan islam.

3.       Tidak terjebak pada kenikmatan dunia

Gerakan pimpinan Ikatan yang sangat pragmatis, itu disebabkan karena kecintaan mereka yang berlebihan terhadap dunia. Sehingga banyak kebijakan yang dikeluarkan bertentangan dengan apa telah ditetapakan dalam organisasi. Bahkan terkadang organisasi dijual sana-sini ibarat ikan di pasar untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, dengan memanfaatkan ikatan untuk kepentingan dan kesenangan pribadinya. Ini semua disebabkan karena pimpinan kita terlalu cinta dan dibutakan dengan kenikmatan dunia yang sifatnya sementara. Bukankah ikatan ini adalah wadah kita untuk berjuang mendapatkan keridhaan Tuhan. Mungkin ikatan ini akan mulia dipandangan manusia tapi ikatan tidak akan mulia bahkan akan menjadi hina dimata Tuhan ketika pimpinannya melakukan hal-hal tersebuit. Maka sebagai pimpinan kita harus menjaga diri kita untuk tidak terjebak dengan kenikmatan dunia yang sementara, dengan menanamkan dalam diri kita sikap ikhlas beramal dalam bakti.



4.       Kolektif dan kolegeal

Memimpin ikatan tidak bisa berjalan dengan baik ketika mengandalakan kekuatan individu. Apalagi menggunakan sistem otoritas dalam sebuah kepemimpinan. Ini akan menyebabkan perpecahan dan konflik sesama pimpinan terlebih lagi jika tidak terbangun saling memahami antar sesama pimpinan. Oleh karena itu dibutuhkan kolektifitas dalam sebuah kepemimpinan, sebab dengan kolektifitas dan kolegealitas akan membangun kebersamaan serta terciptanya sikap saling memahami antar sesama pimpinan. Sebab semua pimpinan akan merasa terlibat dalam kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan bukan hanya ketua umum yang menentukan tapi seluruh pimpinan terlibat dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal ini akan meminimalisir konflik, melahirkan kesefahaman seta akan terbangun rasa persaudaran antar sesame pimpinan. Sehingga tercipta system kepemimpinan yang harmonis dengan kolekti dan kolegeal.

5.       Memilki Sifat Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah.

Sifat inilah yang dimilki oleh rasulullah SAW, dalam memimpin ummat islam hingga islam bisa jaya dan sampai kepada kita semua. Pimpinan ikatan sudah seharusnya mencontoh rasul dalam system kepemimpinannya dengan memilki sifat-sifat tersebut. Sehingga para pimpinan ikatan mampu untuk dijadikan teladan oleh para kader yang dipimpinnya, bukan malah sebaliknya.

                Memang apa yang saya ungkapkan di atas sangatlah ideal, mungkin ada yang berpendapat ini merupakan hal sulit bahkan mustahil untuk dimilki oleh setiap pimpinan. Tapi inilah yang dirindukan oleh para kader, Inilah yang mereka idam-idamkan. Mereka sangat meinginkan pimpinannya mampu menjadi teladan buat mereka dan mereka bisa berbangga dengan pimpinan mereka serta ikatan yang telah mempersatukan kita. Saya sebagai penulis juga tidak bisa menjamin diri saya bisa seperti apa yang penulis sampaikan, dan saya juga tidak bisa menjamin diri saya terlepas dari seluruh kesalahan serta keburukan pimpinan yang telah saya sampaikan. Tapi tulisan ini akan menjadi cambuk tersendiri bagi saya dalam memperbaiki diri sebagai pimpinan ikatan, dan saya harap begitupun kepada seluruh pimpinan ikatan jika ingin melihat ikatan ini menjadi lebih baik. Sebagai seorang kader penulis masih berkeyakinan dari sekian ribu kader IMM pasti ada salah satu diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang telah saya sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan


Minggu, 05 Februari 2012

MEMIMPIN DENGAN NILAI KETELADANAN


Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar

                Adalah sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak menjadi berserak-serak,  mampu untuk dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu pemimpin sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.

                Pemimpin bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.

                Kondisi Pemimpin bangsa hari ini

                Peran pemimpin sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam konteks berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemimpin memilki andil yang sangat besar dalam mengawal serta mengamankan setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk kemajuan bangsa dan Negara. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang memilki nilai keteladan dan nilai integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang apakah permimpin hari ini sudah mampu menjadi teladan dalam kehidupan sehari-harinya? Apakah pemimpin hari ini sudah menjadi solusi bagi yang dipimpinya? Apakah pemimpin hari ini sudah memilki nilai-nilai keteladan atau nilai-nilai integritas dalam dirinya?

                Kalau kita berkaca pada realita hari ini maka itu sangat jauh dari apa yang kita harapkan. Masih sangat kurang ditemukan pemimpin yang bisa dijadikan teladan oleh masyrakat atau yang dipimpinnya. Kita bisa lihat di pemandangan sehari-hari baik lewat media cetak, elektronik atau bahkan dengan mata kepala kita sendiri, begitu banyak para pemimpin kita yang rela menkhianati amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Mereka seakan tidak peduli dengan nasib masyarakat yang dipimpinnya, mereka hanya sibuk untuk bagaimana membahagiakan dirinya sendiri dengan berbagai macam cara yang mereka tempuh. Padahal masyarakat mereka sudah ada yang teriak kelaparan, tapi mereka masih asyik tidur diatas ranjang yang empuk, ruangan yang ber-AC, mobil mewah serta fasilitas-fasilitas lainnya.

                Mereka nanti meingat rakyat yang dipimpinnya pada saat mendekati momentum PILKADA. Itupun hanya kamuflase yang mereka perlihatkan untuk meraih simpati masyarakat agar memilihnya kembali. Dengan gampangnya mereka membodoh-bodohi masyarakat dengan janji-janji palsu yang dibungkus dengan retorika yang sangat indah. Tanpa memikirkan nasib rakyat yang dipimpinya yang semakin terjepit oleh hempasan arus globalisasi.

                Saya kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan “ Proses pembusukan ikan mati berasal dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang merupakan salah satu tokoh ormas besar di Indonesia mengatakan bahwa pemimpin adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu hidup, sehat dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika sang jiwa itu mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang sama. Begitulah hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah kelompok, organisasi dan bangsa dan negara.       

                Kalau kita melihat konteks bangsa kita hari ini yang kian carut marut dengan berbagai masalah yang dihadapi, mungkin salah satu penyebabnya adalah para pemimpin kita yang kurang beres dalam mengurus bangsa ini. Mereka belum bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang dipimpinya, mereka belum bisa menjadi teladan, sosok yang mampu di contoh oleh masyrakatnya. Sehingga kita bisa rasakan gimana kondisi bangsa yang kita cintai ini. Orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Tentu ini semua mestinya menjadi tanggungjawab pemimpin kita yang telah kita percayakan untuk membawa hidup kita menjadi lebih baik.

                Pemimpin yang ideal

                Lalu bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok pemimpin yang mampu memberikan teladan kepada kita? Tentu ini salah satu hal yang sulit untuk kita jawab. Tapi saya ingin mencoba memparkan yang ideal untuk bangsa ini. Pertama Seorang pemimpin harus memilki kedekatan yang lebih kepada Tuhan dibandingkan yang dipimpinya. Pemimpin harus memilki kekuatan spiritual yang kuat. Karena ketika pemimpin memiliki kekuatan itu maka dia akan mampu mengontrol dirinya dalam berbuat hal-hal yang merugikan masyarakat. Seorang pemimpin tidak akan terjebak  dengan kenikmatan dunia ketika ada kekuatan spiritual yang tertancap pada dirinya. Kedua Seorang pemimpin harus komitmen pada tujuan yang ingin di capai. Seorang pemimpin harus punya target yang jelas, sehingga dia mampu menyusun langkah strategis dan sistematis dalam mencapai tujuan tersebut yang tentunya berpihak pada kepentingan orang banyak. Ketiga Seorang pemimpin harus memilki sifat Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah. Karena Sifat inilah yang di miliki oleh Nabi Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam sehingga islam bisa jaya dan sampai kepada kita semua. Dengan memilki sifat-sifat ini maka seorang pemimpin mampu untuk menjadi teladan bahkan di kagumi oleh masyarakatnya.

                Memang apa yang saya ungkapkan sangatlah ideal, tapi inilah yang dirindukan oleh masyarakat kita, Inilah yang mereka idam-idamkan. Mereka sangat meninginkan pemimpinnya mampu menjadi teladan buat mereka, mereka ingin pemimpin mereka menjadi pelindung dan penyelamat mereka disaat kesusahan. Saya kira ini bukanlah hal yang mustahil, dari sekian ribu masyarakat Indonesia pasti ada salah satu diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang saya sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan      

Jumat, 03 Februari 2012

WARNA-WARNI KAMPUS UNISMUH DI BAWAH NAUNGAN SANG SURYA


Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN*
Sekretaris Umum Pimpinan Cabang IMM Kota Makassar 2011
Mahasiswa Fak. Teknik Unismuh Makassar

Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar sekarang ini menjadi salah satu kampus yang memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat. Itu terbukti dengan banyaknya peminat yang mendaftarkan dirinya untuk kuliah di Unismuh Makassar, baik dari Sulawesi Selatan maupun dari daerah lain khususnya kawasan Indonesia bagian timur.
                Salah satu penyebabnya adalah peran dan eksistensi dari kelembagaan yang ada di unismuh itu sendiri, mulai dari lembaga internal kampus seperti BEM Universitas dan Fakultas, HMJ, dan UKM sampai lembaga Eksternal sekaligus Internal yang di akui di Unismuh yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang merupakan Ortom Muhammadiyah dan mitra Universitas dalam mebangun moralitas serta mengembangkan dakwah Muhammadiyah di kalangan Mahasiswa.
                Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa hadirnya lembaga-lembaga di kampus merupakan salah satu bukti terjadinya proses pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan Universitas dan Fakultas dalam mengembangkan bakat, minat, kreatifitas serta kemandirian mahsiswa di kampus. Oleh karena itu peran kelembagaan di kampus sangat berpengaruh dalam membangun citra dan kredibiltas kampus.
                Namun perlu kita ketahui bahwa kampus Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan amal usaha Muhammadiyah yang bertanggung jawab mengembangkan dakwah Muhammadiyah. Oleh karena itu Muhammadiyah menempatkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) setiap perguruan tingginya untuk menjadi mitra amal usaha dalam menjadikan kampus sebagai basis kaderisasi muhammmadiyah di kalangan mahasiswa termasuk di Unismuh. 
                    IMM merupakan satu-satunya organisasi Eksternal yang diakui eksistensinya di kampus Unismuh. Tapi terkadang ini sedikit tercederai dengan adanya oragnisasi eksternal lain yang masuk di unismuh dan mengembangkan ideologi mereka. Tak bisa di pungkiri bahwa Unismuh sekarang menjadi sasaran yang empuk bagi setiap organisasi eksternal dalam mencari kader dan membesarkan organisasi mereka. Yang menjadi masalah adalah banyak organisasi eksternal yang ada di unismuh tidak tahu diri, karena banyak di antara mereka yang justru masuk dan mengatur serta mengancam ideologi muhammadiyah. Mereka ingin memanfaatkan nama besar Unismuh dan Muhammadiyah dengan berbagai kepentingan. Inilah yang menjadi tugas besar pimpinan universitas dalam menjaga dan mengawal dakwah muhammadiyah dikampus, karena keberaadan organisasi-organisasi tersebut akan mengancam ideologi muhammadiyah. Kalau pimpinan yang ada di unismuh baik di universitas maupun di fakultas sampai di jurusan tidak tegas terhadap keberadaan mereka, maka para pimpinan di unismuh memiliki dosa yang sangat besar terhadap muhammadiyah.
Kita harus membuka sejarah tentang apa tujuan K.H Ahmad Dahlan dan para Pimpinan Muhammadiyah mendirikan amal usaha khusunya Perguruan Tinggi, tak lain adalah untuk mengembankan dakwah muhammadiyah, dan yang bisa melakukanya adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang telah di beri amanah oleh Muhammadiyah di tiap-tiap kampus khususnya di unismuh untuk melakukan proses kaderisasi di perguruan tinggi muhammadiyah, tentunya dengan kerja sama yang baik dengan pimpinan universitas.
Oleh karena itu untuk menjaga dan megamankan ideologi mehammadiyah dari ancaman organisasi luar yang masuk ke unismuh yang tidak berlandaskan ideologi muhammadiyah perlu kerja keras dan ketegasan dari pimpinan universitas sampai jurusan dalam menjalankan aturan kampus tentang keberadaan organisasi luar di unismuh, tentunya dengan membangun komunikasi dan kerja sam dengan IMM sebagi ortom yang bertanggung jawab dalam mengawal dan mengembankan dakwah muhammadiyah di kampus tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar.
 Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khaerat 


Pengalaman organisasi *
1.       Ketua Bidang Kader PIKOM IMM Fak. Teknik Unismuh Makassar Periode 2008-2009
2.       Ketua Umum PIKOM IMM Fak. Teknik Unismuh Makassar Periode 2009-2010
3.     Sekretaris Jendral Majelis permusyawaratan mahasiswa (Maperwa) Unismuh Makassar Periode 2009-2010

Minggu, 08 Januari 2012

BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING


Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
         Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu Cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.
         Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya kantor ? yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.
         Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.
         Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
         Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi?  padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

Diposkan oleh Bid. Media dan Pengembangan Teknologi
PC IMM Kota Makassar