Selasa, 29 Mei 2012
Selasa, 07 Februari 2012
MEMIMPIN IKATAN DENGAN NILAI KETELADANAN
Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar 2010-2011
Adalah
sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu
ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak
menjadi berserak-serak, mampu untuk
dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika
dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan
terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena
kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu
pemimpin sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam
berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.
Pemimpin
bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik
jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak
jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan
penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika
kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu
terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga
merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung
disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang
datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau
dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.
Peran
pimpinan sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam
konteks berikatan. Dalam berikatan, pimpinan memilki andil yang sangat besar
dalam mengawal serta mengamankan setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk
kemajuan ikatan. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin dan pimpinan yang memilki
nilai keteladan dan nilai integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang
menjadi pertanyaan sekarang apakah pimpinan hari ini sudah mampu menjadi
teladan dalam kehidupan sehari-harinya? Apakah pimpinan hari ini sudah menjadi
solusi bagi yang dipimpinya? Apakah pimpinan hari ini sudah memilki nilai-nilai
keteladan atau nilai-nilai integritas dalam dirinya?
Saya
kira kita perlu untuk menghela nafas panjang untuk menjawab pertanyaan di atas.
Karena kita tidak bisa pungkiri pimpinan hari ini belum ada yang bisa kita
jadikan teladan secara ideal. Padahal pimpinan diikatan adalah sosok yang
merupakan teladan dan contoh bagi seluruh kader. Tapi entah kenapa masih ada
pimpinan yang tidak sadar tentang hal tersebut. Masih banyak diantara pimpinan
yang melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang pimpinan
yang menodai nilai-nilai berikatan. Mereka seenaknya menjelek-jelekan dan
saling menjatuhkan sesamanya pimpinan dan sesamanya kader untuk kepentingan
yang pragmatis, saling mengkritik satu sama lain tanpa memberikan solusi. Bukan
hanya itu masih ada pimpinan ikatan yang jauh dari nilai-nilai spiritual dan
nilai-nilai etika(moral) dalam berikatan. Yang mana kita ketahui bersama bahwa
nilai spiritual dan nilai etika merupakan ciri khas dan identitas gerakan
Ikatan yang kita cintai ini. Dan pimpinan seperti ini yang akan membuat gerakan
ikatan mandul dan bahkan mati.
Saya
kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan
“ Proses pembusukan ikan mati berasal
dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski
kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna
bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang
dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar
pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang
merupakan salah satu tokoh kharismatik Muhammadiyah yang mengatakan bahwa
pemimpin adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu
hidup, sehat dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika
sang jiwa itu mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang
sama. Begitulah hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah
kelompok, organisasi, bangsa dan ikatan.
Lalu
bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok pemimpin
yang mampu memberikan teladan kepada kita? Ada beberapa hal yang akan saya
ungkapkan agar pemimpin mapu untuk diteladani:
1.
Memilki
kekuatan dan kualitas spiritual
Seorang pimpinan sudah menjadi
keharusan untuk memilki kekuatan dan kualitas spiritual yang melebihi kader
yang dipimpinnya. Sebab kekuatan spiritual menjadi ruh dalam membangun dan
memajukan gerakan ikatan. Jika seorang pimpinan tidak memliki nilai spiritual
yang kuat dalam dirinya maka gerakan ikatan akan berjalan tampa ruh dan akan sangat
rapuh. Akibatnya akan mudah untuk dimasuki dan dikendalikan oleh pihak yang
tidak senang dengan apa yang diperjuangkan ikatan. Sehingga kekuatan spiritual
menjadi sangat urgent dimiliki oleh setiap pribadi pimpinan.
2.
Komitmen
pada tujuan
Tujuan merupakan sesuatu hal yang
ingin dicapai dalam sebuiah kelompok, dan yang membuat kita berkelompok dan beriktan adalah adanya
kesamaan tujuan diantara kita. Oleh karena seorang pimpinan harus berkomitmen
pada tujuan yang ingin dicapai, bukan menafsirkan dan menjalankan tujuan
organisasi sesuai dengan keinginanya saja. Karena hal ini dapat merusak
langkah-langkah serta arah gerakan nantinya. Dan seorang pimpinan ikatan
melihat tujuan organisasi bukan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok,
tapi untuk kepentingan islam.
3.
Tidak
terjebak pada kenikmatan dunia
Gerakan pimpinan Ikatan yang sangat
pragmatis, itu disebabkan karena kecintaan mereka yang berlebihan terhadap
dunia. Sehingga banyak kebijakan yang dikeluarkan bertentangan dengan apa telah
ditetapakan dalam organisasi. Bahkan terkadang organisasi dijual sana-sini
ibarat ikan di pasar untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, dengan
memanfaatkan ikatan untuk kepentingan dan kesenangan pribadinya. Ini semua
disebabkan karena pimpinan kita terlalu cinta dan dibutakan dengan kenikmatan
dunia yang sifatnya sementara. Bukankah ikatan ini adalah wadah kita untuk
berjuang mendapatkan keridhaan Tuhan. Mungkin ikatan ini akan mulia dipandangan
manusia tapi ikatan tidak akan mulia bahkan akan menjadi hina dimata Tuhan
ketika pimpinannya melakukan hal-hal tersebuit. Maka sebagai pimpinan kita
harus menjaga diri kita untuk tidak terjebak dengan kenikmatan dunia yang
sementara, dengan menanamkan dalam diri kita sikap ikhlas beramal dalam bakti.
4.
Kolektif
dan kolegeal
Memimpin ikatan tidak bisa berjalan
dengan baik ketika mengandalakan kekuatan individu. Apalagi menggunakan sistem
otoritas dalam sebuah kepemimpinan. Ini akan menyebabkan perpecahan dan konflik
sesama pimpinan terlebih lagi jika tidak terbangun saling memahami antar sesama
pimpinan. Oleh karena itu dibutuhkan kolektifitas dalam sebuah kepemimpinan,
sebab dengan kolektifitas dan kolegealitas akan membangun kebersamaan serta terciptanya
sikap saling memahami antar sesama pimpinan. Sebab semua pimpinan akan merasa
terlibat dalam kepemimpinan karena setiap kebijakan yang dikeluarkan bukan
hanya ketua umum yang menentukan tapi seluruh pimpinan terlibat dalam setiap
pengambilan kebijakan. Hal ini akan meminimalisir konflik, melahirkan kesefahaman
seta akan terbangun rasa persaudaran antar sesame pimpinan. Sehingga tercipta
system kepemimpinan yang harmonis dengan kolekti dan kolegeal.
5.
Memilki
Sifat Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah.
Sifat inilah yang dimilki oleh
rasulullah SAW, dalam memimpin ummat islam hingga islam bisa jaya dan sampai
kepada kita semua. Pimpinan ikatan sudah seharusnya mencontoh rasul dalam
system kepemimpinannya dengan memilki sifat-sifat tersebut. Sehingga para
pimpinan ikatan mampu untuk dijadikan teladan oleh para kader yang dipimpinnya,
bukan malah sebaliknya.
Memang
apa yang saya ungkapkan di atas sangatlah ideal, mungkin ada yang berpendapat
ini merupakan hal sulit bahkan mustahil untuk dimilki oleh setiap pimpinan.
Tapi inilah yang dirindukan oleh para kader, Inilah yang mereka idam-idamkan.
Mereka sangat meinginkan pimpinannya mampu menjadi teladan buat mereka dan
mereka bisa berbangga dengan pimpinan mereka serta ikatan yang telah
mempersatukan kita. Saya sebagai penulis juga tidak bisa menjamin diri saya
bisa seperti apa yang penulis sampaikan, dan saya juga tidak bisa menjamin diri
saya terlepas dari seluruh kesalahan serta keburukan pimpinan yang telah saya sampaikan.
Tapi tulisan ini akan menjadi cambuk tersendiri bagi saya dalam memperbaiki
diri sebagai pimpinan ikatan, dan saya harap begitupun kepada seluruh pimpinan
ikatan jika ingin melihat ikatan ini menjadi lebih baik. Sebagai seorang kader
penulis masih berkeyakinan dari sekian ribu kader IMM pasti ada salah satu
diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang telah saya
sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia
sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan.
Minggu, 05 Februari 2012
MEMIMPIN DENGAN NILAI KETELADANAN
Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN
Sekretaris Umum PC IMM Kota Makassar
Adalah
sudah menjadi sebuah sunnah ilahi, bahwa setiap mahluk terutama manusia selalu
ada yang disebut pemimpin dan yang dipimpin. Agar kemauan dan pendapat tidak
menjadi berserak-serak, mampu untuk
dihimpun dan diselesaikan dengan cara yang bijak. Kita bisa bayangkan jika
dalam satu kelompok, organisasi ataupun negara tidak memilki pemimpin maka akan
terjadi kebingungan, kekacauan serta keresahan dalam kelompok tersebut, karena
kita tidak tahu akan kemana arah yang ingin kita capai. Oleh karena itu pemimpin
sangat dibutuhkan untuk memperjelas tujuan yang ingin kita raih dalam
berkelompok, berorganisasi serta berbangsa dan bernegara.
Pemimpin
bagi setiap kelompok adalah merupakan jiwa dan nyawanya. Kalau pemimpin baik
jiwanya maka akan baiklah yang dipimpinnya. Sebaliknya kalau pemimpin rusak
jiwanya maka akan rusak pulalah yang dipimpinnya. Pemimpin itu merupakan
penegak. Yang jika kelompok itu tergelincir, dia akan membangunkan. Jika
kelompok itu tersesat, maka dia akan menunjukkan jalannya. Jika kelompok itu
terjatuh dia akan menolongnya. Bagi kelompok yang dipimpin, pemimpin juga
merupakan juru bicara dan pemikirnya. Dia adalah benteng dan tempat bernaung
disaat ada mala petaka. Lebih dari itu dia adalah menjadi tempat di mana orang
datang untuk bertanya dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Atau
dengan kata lain pemimpin itu adalah teladan kita, contoh untuk diri kita.
Kondisi Pemimpin bangsa hari ini
Peran
pemimpin sangatlah vital dan strategis dalam setiap kelompok apa lagi dalam
konteks berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
pemimpin memilki andil yang sangat besar dalam mengawal serta mengamankan
setiap kebijakan-kebijakan strategis untuk kemajuan bangsa dan Negara. Oleh
karena itu dibutuhkan pemimpin yang memilki nilai keteladan dan nilai
integritas dalam menjalankan amanahnya. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang
apakah permimpin hari ini sudah mampu menjadi teladan dalam kehidupan
sehari-harinya? Apakah pemimpin hari ini sudah menjadi solusi bagi yang dipimpinya?
Apakah pemimpin hari ini sudah memilki nilai-nilai keteladan atau nilai-nilai
integritas dalam dirinya?
Kalau
kita berkaca pada realita hari ini maka itu sangat jauh dari apa yang kita
harapkan. Masih sangat kurang ditemukan pemimpin yang bisa dijadikan teladan
oleh masyrakat atau yang dipimpinnya. Kita bisa lihat di pemandangan
sehari-hari baik lewat media cetak, elektronik atau bahkan dengan mata kepala
kita sendiri, begitu banyak para pemimpin kita yang rela menkhianati amanah
yang telah dipercayakan kepadanya. Mereka seakan tidak peduli dengan nasib
masyarakat yang dipimpinnya, mereka hanya sibuk untuk bagaimana membahagiakan
dirinya sendiri dengan berbagai macam cara yang mereka tempuh. Padahal
masyarakat mereka sudah ada yang teriak kelaparan, tapi mereka masih asyik
tidur diatas ranjang yang empuk, ruangan yang ber-AC, mobil mewah serta
fasilitas-fasilitas lainnya.
Mereka
nanti meingat rakyat yang dipimpinnya pada saat mendekati momentum PILKADA.
Itupun hanya kamuflase yang mereka perlihatkan untuk meraih simpati masyarakat
agar memilihnya kembali. Dengan gampangnya mereka membodoh-bodohi masyarakat
dengan janji-janji palsu yang dibungkus dengan retorika yang sangat indah.
Tanpa memikirkan nasib rakyat yang dipimpinya yang semakin terjepit oleh
hempasan arus globalisasi.
Saya
kira kita harus sedikit merenungkan sebuah pepatah yunani kuno yang mengatakan
“ Proses pembusukan ikan mati berasal
dari kepala, lalu menjalar ke seluruh tubuhnya”. Pepatah ini meski
kedengaran kurang enak namun agaknya patut untuk kita renungkan. Falsafah kepala ikan busuk ini memberi makna
bahwa pemipin atau pimpinan mempunyai pengaruh yang besar bagi yang
dipimpinnya. Sehingga setiap penyalahgunaan kepemimpinan jelas akan besar
pengaruhnya terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Menurut KH. Amir Ma’sum yang
merupakan salah satu tokoh ormas besar di Indonesia mengatakan bahwa pemimpin
adalah jiwa dari kelompok yang dipimpinnya. Berarti jika jiwa itu hidup, sehat
dan baik maka akan seperti itulahnya tubuhnya. Sebaliknya, jika sang jiwa itu
mati, sakit dan rusak tentu sang tubuh akan menderita hal yang sama. Begitulah
hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam sebuah kelompok, organisasi
dan bangsa dan negara.
Kalau
kita melihat konteks bangsa kita hari ini yang kian carut marut dengan berbagai
masalah yang dihadapi, mungkin salah satu penyebabnya adalah para pemimpin kita
yang kurang beres dalam mengurus bangsa ini. Mereka belum bisa menjadi solusi
bagi masyarakat yang dipimpinya, mereka belum bisa menjadi teladan, sosok yang
mampu di contoh oleh masyrakatnya. Sehingga kita bisa rasakan gimana kondisi
bangsa yang kita cintai ini. Orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin
miskin. Tentu ini semua mestinya menjadi tanggungjawab pemimpin kita yang telah
kita percayakan untuk membawa hidup kita menjadi lebih baik.
Pemimpin yang ideal
Lalu
bagaimananakah sosok pemimpin yang kita idam-idamkan? Bagaimanakah sosok
pemimpin yang mampu memberikan teladan kepada kita? Tentu ini salah satu hal
yang sulit untuk kita jawab. Tapi saya ingin mencoba memparkan yang ideal untuk
bangsa ini. Pertama Seorang pemimpin harus memilki kedekatan yang lebih kepada
Tuhan dibandingkan yang dipimpinya. Pemimpin harus memilki kekuatan spiritual
yang kuat. Karena ketika pemimpin memiliki kekuatan itu maka dia akan mampu
mengontrol dirinya dalam berbuat hal-hal yang merugikan masyarakat. Seorang
pemimpin tidak akan terjebak dengan
kenikmatan dunia ketika ada kekuatan spiritual yang tertancap pada dirinya.
Kedua Seorang pemimpin harus komitmen pada tujuan yang ingin di capai. Seorang
pemimpin harus punya target yang jelas, sehingga dia mampu menyusun langkah
strategis dan sistematis dalam mencapai tujuan tersebut yang tentunya berpihak
pada kepentingan orang banyak. Ketiga Seorang pemimpin harus memilki sifat
Adil, Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah. Karena Sifat inilah yang di miliki
oleh Nabi Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam sehingga islam bisa jaya dan sampai
kepada kita semua. Dengan memilki sifat-sifat ini maka seorang pemimpin mampu
untuk menjadi teladan bahkan di kagumi oleh masyarakatnya.
Memang
apa yang saya ungkapkan sangatlah ideal, tapi inilah yang dirindukan oleh
masyarakat kita, Inilah yang mereka idam-idamkan. Mereka sangat meninginkan
pemimpinnya mampu menjadi teladan buat mereka, mereka ingin pemimpin mereka
menjadi pelindung dan penyelamat mereka disaat kesusahan. Saya kira ini
bukanlah hal yang mustahil, dari sekian ribu masyarakat Indonesia pasti ada
salah satu diantara mereka yang seperti itu atau minimal mendekati apa yang
saya sampaikan diatas. Karena Seorang Pemimpin bisa dikatakan Sukses ketika dia
sudah mampu menjadi teladan bagi yang dipimpinya. Dan inti sebuah kepemimpinan adalah Keteladanan
Jumat, 03 Februari 2012
WARNA-WARNI KAMPUS UNISMUH DI BAWAH NAUNGAN SANG SURYA
Oleh :
MUHAMMAD YUSRAN*
Sekretaris Umum Pimpinan Cabang IMM Kota
Makassar 2011
Mahasiswa Fak. Teknik Unismuh Makassar
Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar sekarang ini menjadi salah satu kampus yang memiliki daya
tarik tersendiri di masyarakat. Itu terbukti dengan banyaknya peminat yang
mendaftarkan dirinya untuk kuliah di Unismuh Makassar, baik dari Sulawesi
Selatan maupun dari daerah lain khususnya kawasan Indonesia bagian timur.
Salah
satu penyebabnya adalah peran dan eksistensi dari kelembagaan yang ada di
unismuh itu sendiri, mulai dari lembaga internal kampus seperti BEM Universitas
dan Fakultas, HMJ, dan UKM sampai lembaga Eksternal sekaligus Internal yang di
akui di Unismuh yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang merupakan Ortom Muhammadiyah
dan mitra Universitas dalam mebangun moralitas serta mengembangkan dakwah
Muhammadiyah di kalangan Mahasiswa.
Sebagaimana
yang kita ketahui bersama bahwa hadirnya lembaga-lembaga di kampus merupakan
salah satu bukti terjadinya proses pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan
Universitas dan Fakultas dalam mengembangkan bakat, minat, kreatifitas serta
kemandirian mahsiswa di kampus. Oleh karena itu peran kelembagaan di kampus
sangat berpengaruh dalam membangun citra dan kredibiltas kampus.
Namun
perlu kita ketahui bahwa kampus Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan
amal usaha Muhammadiyah yang bertanggung jawab mengembangkan dakwah
Muhammadiyah. Oleh karena itu Muhammadiyah menempatkan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) setiap perguruan tingginya untuk menjadi mitra amal usaha
dalam menjadikan kampus sebagai basis kaderisasi muhammmadiyah di kalangan
mahasiswa termasuk di Unismuh.
IMM
merupakan satu-satunya organisasi Eksternal yang diakui eksistensinya di kampus
Unismuh. Tapi terkadang ini sedikit tercederai dengan adanya oragnisasi
eksternal lain yang masuk di unismuh dan mengembangkan ideologi mereka. Tak
bisa di pungkiri bahwa Unismuh sekarang menjadi sasaran yang empuk bagi setiap
organisasi eksternal dalam mencari kader dan membesarkan organisasi mereka.
Yang menjadi masalah adalah banyak organisasi eksternal yang ada di unismuh
tidak tahu diri, karena banyak di antara mereka yang justru masuk dan mengatur
serta mengancam ideologi muhammadiyah. Mereka ingin memanfaatkan nama besar
Unismuh dan Muhammadiyah dengan berbagai kepentingan. Inilah yang menjadi tugas
besar pimpinan universitas dalam menjaga dan mengawal dakwah muhammadiyah
dikampus, karena keberaadan organisasi-organisasi tersebut akan mengancam
ideologi muhammadiyah. Kalau pimpinan yang ada di unismuh baik di universitas
maupun di fakultas sampai di jurusan tidak tegas terhadap keberadaan mereka,
maka para pimpinan di unismuh memiliki dosa yang sangat besar terhadap
muhammadiyah.
Kita harus
membuka sejarah tentang apa tujuan K.H Ahmad Dahlan dan para Pimpinan
Muhammadiyah mendirikan amal usaha khusunya Perguruan Tinggi, tak lain adalah
untuk mengembankan dakwah muhammadiyah, dan yang bisa melakukanya adalah Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah yang telah di beri amanah oleh Muhammadiyah di tiap-tiap
kampus khususnya di unismuh untuk melakukan proses kaderisasi di perguruan
tinggi muhammadiyah, tentunya dengan kerja sama yang baik dengan pimpinan
universitas.
Oleh karena
itu untuk menjaga dan megamankan ideologi mehammadiyah dari ancaman organisasi
luar yang masuk ke unismuh yang tidak berlandaskan ideologi muhammadiyah perlu
kerja keras dan ketegasan dari pimpinan universitas sampai jurusan dalam
menjalankan aturan kampus tentang keberadaan organisasi luar di unismuh,
tentunya dengan membangun komunikasi dan kerja sam dengan IMM sebagi ortom yang
bertanggung jawab dalam mengawal dan mengembankan dakwah muhammadiyah di kampus
tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul
Khaerat
Pengalaman organisasi *
1. Ketua
Bidang Kader PIKOM IMM Fak. Teknik Unismuh Makassar Periode 2008-2009
2. Ketua
Umum PIKOM IMM Fak. Teknik Unismuh Makassar Periode 2009-2010
3. Sekretaris
Jendral Majelis permusyawaratan mahasiswa (Maperwa) Unismuh Makassar Periode
2009-2010
Minggu, 08 Januari 2012
BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING
Bila
kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka
cobalah kita ingat pada burung dan cacing.
Kita lihat burung tiap pagi keluar dari
sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia
harus mencari makanan yang diperlukan. Karena itu kadangkala sore hari ia
pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi
kadang makanan itu Cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa.
Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia
dan keluarganya harus berpuasa.
Meskipun burung lebih sering mengalami
kekurangan makanan karena tidak punya kantor ? yang tetap, apalagi setelah
lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah
melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat
ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita
tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai.
Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk
mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang
dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau
dengan merdunya.
Tampaknya burung
menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain
waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan.
Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang
marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita
perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk
survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau
bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga.
Tetapi ia adalah makhluk hidup juga
dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak
diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya,
cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki . Tidak pernah
kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita
bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk
mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak
kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak
yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat
cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.
Diposkan oleh Bid. Media dan Pengembangan Teknologi
PC IMM Kota Makassar
Langganan:
Postingan (Atom)