Minggu, 25 Desember 2011

SPRITUALITAS GERAKAN MAHASISWA


Oleh: Immawan Ya’kub
Ketua Cabang PC IMM Kota Makassar



Paparan ini berusaha menunjukkan bahwa betapa krusialnya dalam melakukan pembaharuan visi gerakan dakwa dan gerakan sosial. Sebenarnya,  visi penyamaan presepsi tentang kemanusiaan merupakan modal sosial bagi mahasiswa untuk merekonstruksi visi dan misi gerakan dakwah amar ma’ruf dan  nahi mungkar  yang diusung oleh gerakan kemahasiswaan. Tuntutan ini sejalan dengan harapan besar mahasiswa Islam dan  masyarakat Islam pada umumnya untuk menjadikan Islam sebagai kekuatan peradaban alternative yang mendorong terciptanya tatanan sosial pasca kapitalisme (post capitalist order). Ketika konstruksi dunia dikontrol oleh kekuatan pasar dan negara maka hanya komunitas-komunitas sosial kreatiflah yang bisa dijadikan mobilisator gerakan sosial. Dengan demikian, proses pembebasan yang diusung Mahasiswa terhadap realitas global dan lokal merupakan pengejawantahan dalam tataran praksis untuk menggalang gerakan solidaritas menyuarakan serta memperjuankan isu-isu kemanusiaan dan isu-isu yang berhubungan dengan kondisi mendasar tentang eksistensi  manusia sebagai simbol jiwa yang reseptive Munfa’il  dan kreative Fa’il.

Gerakan dakwah emansipatoris seharusnya bersandar pada kesadaran komunitas yang melampaui sekat-sekat kelas dan ideologi dalam menghadapi kemungkaran sosial dan merobohkan arogansi ketidak adilan politik, dimana banyak masyarakat diposisikan sebagai objek sejarah yang diekspoitasi.   Gerakan dakwah yang diusung mahasiswa harus diterjemahkan dalam kerangka gerakan pemihakan untuk memperjuangka keadilan bagi kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan oleh kekuatan hegemoni dominative yaitu Negara, pasar bahkan atas nama agama itu sendiri. Logika dakwah amar ma’ruf dan nahi mungkar jangan sampai kehilangan konteksnya ketika ketidak adilan sosial global menutupi permukaan bumi ini. Justru tantangan gerakan Mahasiswa kontenporer  adalah bagaimana kita mampu menciptakan sistem gerakan sosial untuk menakar, membendung sekaligus menghadang arus kemungkaran sosial global, seperti kemiskinan, korupsi, kesenjangan ekonomi, diskriminasi kebijakan politik, eksploitasi sumber daya alam dan hak-hak ekologis, ketidak adilan sosial, dan hegemoni Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, gerakan sosial yang diusung oleh mahasiswa secara subtantif memiliki pemihakan dan dibangun oleh logika dakwah terbaik, yaitu sebagai gerakan amar ma’ruf dan nahi mungkar yang dibangun diatas nilai-nilai transendesi.     
Jika Islam memiliki teologi  tersendiri, bagaimanakah formulasi atau konstruknya…? Secara sederhana, teologi Islam dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama. Teologi Islam bersendikan kepada tauhid yang murni. Dengan tauhid yang murni, Islam senantiasa berusaha untuk menjadikan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu. Allah adalah pencipta (al-Khaliq) alam semesta. Manusia, malaikat, binatang, tumbuhan dan semua yang eksis  dilangit dan dibumi adalah ciptaan (Makhluk) . Teologi yang murni memiliki dua makna. Pertama, kesamaan atau egalitarianisme di antara sesama makhluk. Karena semua selain Allah adalah makhluk dan hamba Allah, maka manusia tidak boleh menyembah atau tunduk kepada selain Allah. Manusia tidak boleh menyembah malaikat, para nabi dan rasul atau benda-benda apapun di alam semesta ini. Kedua, kemerdekaan diantara semua makhluk. Manusia adalah makhluk yang bebas Manusia tidak boleh hidup dalam tirani sesama manusia atau makhluk yang lainnya. Manusia tidak boleh menjajah ataupun dijajah, memperbudak ataupun diperbudak oleh sesamanya, Tetapi, kebebasan ini bukanlah tampa batas. Kebebasan manusia dibatasi oleh kedudukannya sebagai makhluk dan hamba Allah. Manusia dapat hidup bebas dihadapan dan diantara sesama manusia, tetapi tidak bebas dihadapanTuhannya.

Kampus-kampus harus Sadar dan mengambil peran strategis sebagai laboratorium isu dan kaderisasi bagi mahasiswa untuk membangun kultur akademik ditengah dinamika kebangsaan yang semakin kompleks, dan komunitas yang tersadarkan harus hadir ditengah-tengah mahasiswa untuk melakukan pembacaan dan pemetaan terhadap realitas yang dialami bangsa ini dan kompleksitas persoalan yang di alami oleh mahasiswa yang mengarah pada disorientasi dan tercerabik dari akar paradikmatiknya.“Akan senantiasa ada Creative Comunity yang tersadarkan dan tidak akan berhenti  membangun sistem dan senantiasa melakukan perlawanan sampai Tuhan mengankat Duhu’afa dan Mustad’afin dari penderitaanya”. Mahasiswa harus keluar dari gubangan budaya komunal yang tidak mencerminkan kerja-kerja intelektual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar