Sabtu, 31 Desember 2011

BERTAMBAHkah USIAKU ditahun 2011?


Refleksi di Akhir Tahun 2011 sebagai Wadah Muhasabah Diri
Oleh IMMawan Muhammad Amir, A.Ma
Ketua Bidang Dakwah PC IMM Kota Makassar

Kehadiran artikel ini tidak bermaksud mengambil peran untuk ikut serta menyambut tahun baru 2012 biladiah, tetapi bagaimana mengamalkan ayat “watawasaubilhaq”(saling menasehati kepada kebaikan), mengingat pada moment inilah kebanyakan dari kalangan kita, bahkan boleh jadi termasuk kita sendiri yang menjadi pelaku dalam memeriahkan kebiasaan orang-orang kafir, padahal di KTP bertuliskan Agama Islam, namun tindakannya mengikuti kebiasaan orang-orang kafir. Apakah cuma KTPnya yang islam???. Jawabannya kembali kepada diri kita masing-masing…..
Sekarang, ketika kita menyusuri jalan-jalan di kota metropolitan ini, hampir di semua pinggir jalan telah dipenuhi dengan pedagang terompet atau apalah namanya sebagai alat hiburan menyemarakkan penyambutan tahun baru 2012. Belum lagi ketika sudah saat-saat puncak perayaan tahun baru nantinya. Iyah, seperti inilah keadaan kota setiap hendak pergantian tahun, layaknya sebuah tradisi ritual yang wajib ditunaikan. Sekitar 11 tahun berkiprah di kota ini, tentunya telah banyak mempelajari gambaran kondisi masyarakat kota dari tahun ke tahun.
Sungguh tragis dan mengerikan, namun itulah realita dalam pergulatan hidup di kota besar, terkhusus pada kaum remaja. Siapa saya siapa kau. Itulah salah satu carakter yang terbangun di tengah-tengah komunitas masyarakat kota atau lazim dikenal sikap  individualistik, “Lakum diinukum waliyadin (agamamu agamamu, agamaku agamaku) tidak lagi menjadi prinsip hidup. Karenanya nilai-nilai ajaran agama tidak lagi dijadikan pijakan dalam melangkah.
Rasa malu tidak lagi menjadi penawar nafsu ketika hatinya dirasuki iblis untuk berbuat kemaksiatan sebagaimana orang-orang kafir biasa perankan. Maklum kita terkadang tidak sadar sedang berteman dengan iblis berwujud manusia. Kata orang bugis “Hallala hallulu nalamaneng”, halal haram tidak ada masalah, semua dikerjakan. Tidak hanya penduduk pribumi kota sebagai actor dalam perhelatan akbar tersebut, namun manusia-manusia pilihan dari negeri seberang yang diberi kesempatan dalam hidupnya menuntut ilmu di kota, entah dia masih berstatus siswa-siswi, ataupun telah bergelar mahasiswa tak luput dari pergokan kejamnya dunia lain.
Itulah segelentir bencana yang melanda zaman kita. Merasa bahagia tatkala menyambut tahun baru dengan segala hura-hura, sebagai wujud rasa syukur “gitu KATANYA!!!” seiring dengan bertambahnya umur mereka.
Wahai kaum intelektual yang semoga ilmunya mengantarkan pada keridhoan Sang Pemilik dan Pemberi ilmu. Pernah tidak mengambil  hikmah dibalik perjalanan pulang kampung anda???.
Sebuah anekdok “seorang anak kost hendak pulang kampoeng, sebelum pulang teman kostnya berpesan untuk dikabari jika ada apa-apa di jalan. Diapun juga telah memberi tahu keluarganya kalau dia mau pulang. Dijemputlah iya dengan sebuah mobil panther berplat kuning dikostnya. Setelah sekian jam, sang teman SMS “udah dimana skarang”. Dia balas “Saya sudah jauh dari kota makassar, sudah hampir sampai di......”. Orang tua pun tak ketinggalan SMS, “sudah dimana posisi??”. Dia dengan semangatnya ingin berjumpa dengan keluarganya  menjawab “Sudah hampir sampai”.
Singkat, tapi itulah analogi perjalanan hidup kita. Umur kita memang bertambah secara kuantitas, namun juga semakin menjauhkan kita dari tahun  kelahiran   (saat dimana kita keluar dari rahim ibu). Mengawali kehidupan di muka bumi, sang waktu telah bersiap menjemput dan mengantarkan kita dalam menjalani segala momentum hidup ini. Terkadang dengan indahnya fatamorgana dalam dunia ini meninabobo’kan kita hingga akhirnya tak sadar jika waktu telah mengantarkan kita semakin dekat dengan kematian. Padahal, alangkah indahnya ketika kita merasa bahagia dengan saat-saat kematian menghampiri. Layaknya kita bahagia ketika sudah hampir sampai di kampung halaman. Bahkan kantongan berlabelkan INDO MODE dengan penuh bahagia kita tenteng sebagai ole-ole. Lalu, sudahkah kita siapkan pula ole-ole untuk malaikat-malaikatnya Allah di Alam Barzah natinya ketika iya meminta sesuatu.
Oleh karena itu, saudaraku yang seiman, mari kuatkan benteng pertahanan kita, jangan mudah terperdaya dengan kesenangan dunia. Gunakanlah akal kita untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang dalam agama kita. Jangan sia-siakan ilmu kita, hanya untuk memikirkan dunia semata dengan segala kenikamatan didalamnya. Namun dengan ilmu yang kita miliki, mari kita bangun istana kebahagiaan dengan segala perangkat kenikmatan di alam syurga nantinya.
Hari-demi hari kita lalui, sesungguhnya jatah usia kita semakin sedikit. Ada orang yang jatah hidupnya 100 tahun, mungkin kita katakan cukup panjang, namun tahun demi tahun terlewati hingga akhirnya sampai di usia 99 tahun. Semakin jauh dari kematian???. Tidak!!!. Bahkan semakin dekat dari jatah hidup yang sudah dilalui. Nah sekarang kita muhasabah diri, berapa usia kita hari ini???. Andai jatah hidup kita satu tahun lebih tua dari sekarang!!!. Berarti tahun depan  kita  telah  finish  dalam  melakoni  peran kita di dunia ini. Sementara kita telah meyakini bahwa tak seorang pun dapat memundurkan atau memajukan waktu kematian.
Menyambut tahun baru dengan hura-hura/ pesta bukan sebuah sikap dari seorang muslim sejati. Tapi jadikan sebagai wahana untuk muhasabah diri. Tidak berarti pula bahwa nanti di akhir tahun muhasabah diri, tetapi lebih kepada bagaimana kita saling mengingatkan bahwa dalam mamasuki tahun baru sejatinya dijadikan insturumen untuk instropeksi diri. Karena pada momentum ini banyak diantara kita terjerumus dalam hal-hal yang melanggar aturan Allah.

“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan saling menasehati kepada kebaikan dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran” (Q.S. Al Asr : 1-4)

Mudah-mudahan ada manfaatnya…

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khaerat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar